Terakhir adalah "ka-ban", yang arti harfiahnya adalah tas, merupakan sokongan atau tersedianya finansial memadai.
Sementara pada artis kabuki maupun rakugo, suksesi tidak semudah politisi. Mereka harus dibekali kemampuan, yang dapat diuji dengan cara melatihnya (dalam bahasa Jepang, okeiko) mulai dari usia dini (sekitar 4 tahun).
Seandainya setelah latihan dan saat calon artis mulai menginjak dewasa, ternyata kemampuannya jauh dari harapan, bisa saja suksesi diserahkan kepada orang yang bukan anaknya.
Contohnya, mengalihkan penerus pada kerabat jauh, maupun orang yang tidak mempunyai hubungan darah sekalipun.
Dalam politik, celakanya (atau boleh dibilang, untungnya?) pengujian atas mutu anak (atau kerabat) sulit dilakukan dengan latihan, seperti pada kasus kabuki maupun rakugo.
Hanya ada satu cara untuk membuktikannya, yaitu melihat kinerja mereka setelah menduduki jabatan nanti.
Nah, menjelang pilkada, pileg dan pilpres nanti, saya harap Anda siap menilai calon (siapapun orangnya) dari berbagai perspektif. Caranya bisa menggunakan hal-hal yang sudah saya tuliskan, maupun cara yang Anda anggap pas dan sreg.
Sehingga ketika para petinggi atau orang-orang partai, maupun kelompok manapun, mengajukan calonnya dan meneriakkan "Ecce Homo!", Anda tegas menjawabnya dengan menggunakan hak pilih sebaik-baiknya secara rasional.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.