VOC menghasut Sultan Haji bahwa hal itu dilakukan karena Sultan Ageng Tirtayasa berencana mengangkat Pangeran Purbaya sebagai raja.
Strategi adu domba VOC membuat Sultan Haji tersulut dan berselisih dengan sang ayah.
Baca juga: Devide et Impera: Asal-usul dan Upaya-upayanya di Nusantara
Alhasil, Sultan Haji berkhianat dalam bentuk bersekongkol dengan VOC untuk merebut takhta kekuasaan Banten supaya tidak jatuh ke tangan Pangeran Arya Purbaya.
Tentunya kerja sama dengan Belanda tidak datang secara cuma-cuma. Sebagai imbalan membantu Sultan Haji mendapatkan takhta kesultanan, VOC mengajukan beberapa syarat yang sangat merugikan Kerajaan Banten.
Meski begitu, Sultan Haji telah gelap mata dan menyetujui semua persyaratan VOC yang merugikan kerajaannya.
Dengan bantuan VOC, Sultan Haji memang berhasil menyingkirkan Sultan Ageng Tirtayasa dari Kerajaan Banten pada 1683.
Namun, sejak Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan diasingkan Belanda, Kerajaan Banten berada di bawah pengawasan VOC, sedangkan raja-raja yang berkuasa, termasuk Sultan Haji, hanya sebagai raja boneka.
Kondisi tersebut terus berlangsung hingga akhirnya Kerajaan Banten dibubarkan oleh Inggris pada 1813.
Referensi: