Pada pukul 14.00, Kasad bersama dengan rombongannya pun mulai memasuki Kota Pekanbaru.
Gerakan Operasi Tegas di Pekanbaru, Riau, dapat dikatakan tidak menghadapi kesulitan yang banyak, karena tidak ada perlawanan dari pihak pemberontak.
Bahkan, keuntungan lain yang didapat dalam Operasi Tegas adalah disitanya senjata-senjata lawan yang baru saja diturunkan di pelabuhan udara tersebut.
Baca juga: Upaya Penumpasan Pemberontakan APRA
Berdasarkan Surat Keputusan bersama antara Kasad, Kasal, dan Kasau, tanggal 9 April 1958 No. 010/P/GKS/1958, disusun Komando Operasi Gabungan 17 Agustus.
Operasi 17 Agustus dipimpin oleh Kolonel Infanteri A Yani. Setelah komando dibentuk, operasi mulai dilancarkan pada 16 April 1958, dengan menjalankan kapal-kapal di perairan Padang.
Dengan strategi tersebut, lawan pun dibuat bingung karena timbul bermacam dugaan tentang kemungkinan di mana pasukan komando akan berlabuh.
Pasalnya, mereka bisa saja berlabuh di Tabing, Teluk Bayur, atau melalui Pantai Padang.
Gerak tipuan inilah yang berhasil mengelabui musuh sehingga pendaratan yang sebenarnya sukses dilakukan pada 17 April 1958.
Pasukan mendarat di daerah yang disebut Pantai Merah, yang terletak sekitar 1 kilometer sebelah barat lapangan udara Tabing.
Pendaratan pasukan di Pantai Merah telah berhasil menduduki Kota Padang pada sore hari itu juga.
Baca juga: Daud Beureueh, Pemimpin Pemberontakan DI/TII di Aceh
Keesokan harinya, gerakan dilanjutkan untuk menguasai Teluk Bayur, yang akhirnya berhasil diduduki pada pukul 01.00.
Setelah dua tempat di Padang berhasil dikuasai pasukan, dilakukan konsolidasi untuk mendiskusikan gerakan lebih lanjut.
Hasil konsolidasi diputuskan bahwa akan dilakukan pembersihan di sekitar daerah-daerah yang sudah diduduki.
Untuk menumpas PRRI di Sulawesi Tengah, dilakukan Operasi Merdeka, yakni gerakan operasi militer yang dipimpin oleh Letkol Inf. Rukmito Hendraningrat.
Operasi Merdeka terdiri dari Operasi Sapta Marga I, II, III, dan IV.