Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Susuhunan Pakubuwono I: Silsilah dan Perjalanannya menjadi Raja

Kompas.com - 19/11/2021, 14:00 WIB
Widya Lestari Ningsih,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Karena Plered diduduki oleh Sunan Ngalaga, Raden Mas Rahmat yang bergelar Amangkurat II kemudian membangun istana baru di Kartasura pada 1680.

Sunan Ngalaga sempat diminta untuk bergabung dan mendukung kakaknya di Kartasura, tetapi menolak. Alhasil, keduanya terlibat dalam perang saudara.

Pada akhirnya, Sunan Ngalaga harus menyerah dan mengakui kedaulatan Amangkurat II, yang mendapatkan bantuan VOC.

Baca juga: Amangkurat I, Raja Kesultanan Mataram yang Zalim

Menjadi raja Kesultanan Mataram

Ketika Amangkurat II wafat pada 1703, takhta Mataram jatuh ke tangan putranya yang kemudian bergelar Amangkurat III.

Amangkurat III adalah raja yang tidak disukai karena sikap buruknya. Bahkan ia sempat mengirim pasukan untuk menumpas keluarga Pangeran Puger.

Situasi ini membuat pihak istana banyak yang mendukung Pangeran Puger. Bupati Semarang yang bernama Rangga Yudanagara kemudian meminta Belanda untuk membantu.

Setelah diberi kekuasaan atas Madura, Belanda akhirnya mau membantu Pangeran Puger untuk merebut takhta Mataram.

Pada 6 Juli 1704, Pangeran Puger dinobatkan sebagai raja Mataram ketujuh dengan gelar baru yang berbeda dari pendahulunya, yaitu Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurahman Sayyidin Panatagama Khalifatulah, atau Pakubuwono I.

Bersama Belanda, Pakubuwono I berhasil merebut Keraton Kartasura dari Amangkurat III pada 17 September 1705.

Masa pemerintahan

Untuk memperkokoh kedudukannya, Pakubuwono I terlibat perjanjian baru dengan Belanda, yang salah satu isinya menyatakan bahwa Mataram harus mengirim 13.000 ton beras setiap tahunnya.

Berkat kerjasama tersebut, periode pemerintahannya pun tergolong aman, karena semua pergolakan yang mengancam takhtanya dapat ditumpas dengan bantuan Belanda.

Di saat yang sama, Pakubuwono I juga menjaga hubungan baik dengan para kerabat keraton.

Oleh karena itu, naskah babad Tanah Jawi menyebutnya sebagai raja agung yang bijaksana.

Akhir hidup

Pakubuwono wafat di Kartasura pada 22 Februari 1719, setelah 15 tahun memerintah Kesultanan Mataram.

Setelah itu, jenazahnya dimakamkan di Imogiri, Yogyakarta, bersama para leluhurnya. Sebagai pengganti Pakubuwono I adalah Raden Mas Suryaputra yang bergelar Amangkurat IV.

 

Referensi:

  • Darmawan, Joko. (2017). Mengenal Budaya Nasional: Trah Raja-Raja Mataram di Tanah Jawa. Yogyakarta: Deepublish.
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com