KOMPAS.com - Pada zaman Megalitikum, manusia purba kerap menciptakan bangunan dari batu yang berukuran sangat besar.
Selain itu, ciri terpenting dari zaman Megalitikum atau zaman Batu Besar adalah manusia pendukungnya telah mengenal kepercayaan dan adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati.
Lantas, mengapa manusia purba membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu?
Berikut ini beberapa alasan mengapa manusia purba membuat bangunan besar yang terbuat dari batu.
Baca juga: Zaman Megalitikum: Peninggalan, Sejarah, Ciri, dan Kepercayaan
Salah satu alasan manusia purba membuat bangunan-bangunan besar yang terbuat dari batu adalah sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang atau roh leluhur.
Manusia purba percaya bahwa orang-orang yang mati dapat memberi pengaruh kuat pada kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
Mereka meyakini bisa mendapatkan berkah dari leluhur, sehingga dibuatlah bangunan-bangunan dari batu-batu berukuran besar.
Manusia purba juga percaya bahwa roh-roh leluhur nantinya akan menyalurkan kekuatan magis pada bangunan-bangunan tersebut.
Hubungan yang dibentuk oleh orang yang masih hidup dengan orang-orang mati dipercaya dapat memberikan berkah bagi kehidupan mereka.
Baca juga: 7 Peninggalan Zaman Megalitikum dan Fungsinya
Bangunan-bangunan dari batu besar, selain sebagai media penghormatan, juga dipercaya menjadi tempat singgah sekaligus menjadi lambang bagi orang-orang mati tersebut.
Bangunan Megalitikum seperti menhir dipercaya akan menjadi tempat bersemayamnya roh-roh orang yang sudah mati.
Biasanya, peninggalan seperti menhir diletakkan di wilayah yang tinggi, seperti bukit atau pegunungan.
Hal ini berkaitan dengan kepercayaan mereka terhadap roh-roh orang yang sudah mati akan bersemayam di tempat yang tinggi.
Baca juga: Zaman Batu: Pembagian, Peninggalan, dan Kehidupan Manusia
Karena dipercaya sebagai tempat bersemayamnya roh-roh orang yang sudah mati, bangunan-bangunan dari batu besar pun digunakan sebagai tempat pemujaaan.
Masyarakat pada saat itu percaya bahwa dengan memuja roh-roh leluhur, maka ketenangan dan ketenteraman akan didapatkan oleh masyarakat.
Roh-roh leluhur atau orang-orang yang sudah mati juga dianggap sebagai maha tinggi karena dapat mengontrol nasib dan segala perbuatan manusia.
Pemujaan dilakukan dengan tujuan agar roh-roh tersebut tidak marah, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak yang baik ke kehidupan saat itu.
Selain itu, pemujaan merupakan bentuk kepedulian manusia terhadap roh-roh leluhur dalam menjamin bekal mereka di alam baka.
Referensi: