Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanggah Teori Darwin, Studi Baru Sebut Mamalia Jantan Tak Selalu Lebih Besar dari Betina

Kompas.com - 14/03/2024, 20:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Dalam bukunya yang berjudul The Descent of Man, Charles Darwin dengan yakin menyatakan bahwa mamalia jantan sebagian besar bertubuh lebih besar daripada mamalia betina.

Pada awalnya, teori ini, yang dikenal sebagai sexual size dimorphism (SSD) atau dimorfisme ukuran seksual, tampak sangat masuk akal.

Menurut Darwin, betina harus memberikan sebagian besar energinya kepada keturunannya selama masa kehamilan dan setelah kelahiran. Sementara itu, pejantan harus lebih besar dan kuat untuk bersaing dengan pejantan lain, terutama jika ada pertarungan.

Pandangan Darwin telah dianut selama lebih dari 150 tahun, dan jarang mendapat tentangan dari ahli. Namun, sebuah studi baru dari para ilmuwan di City University of New York dan Princeton kini dapat menyanggah teori itu.

Baca juga: Seperti Mamalia, Burung Juga Memproduksi Susu

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan ukuran antara jantan dan betina pada sebagian besar spesies mamalia.

Secara total, 429 spesies mamalia digunakan dalam penelitian ini, dengan 9 individu per spesies diperiksa. Pada hewan yang mengalami dimorfisme (kedua jenis kelamin memiliki ciri estetika yang berbeda, misalnya singa atau rusa), hewan jantan cenderung berukuran lebih besar. Namun, bagi sebagian besar spesies, pola ini tidak berlaku.

Misalnya, ada banyak spesies kelelawar dan hewan pengerat yang hanya mengalami sedikit dimorfisme, dengan bentuk serta ukura jantan dan betina yang terlihat sangat mirip.

Kaia Tombak, ilmuwan di balik penelitian tersebut, mengaku terkejut melihat hampir separuh spesies kelelawar memiliki betina yang lebih besar, dan separuh hewan pengerat memiliki monomorfisme ukuran seksual, yang berarti jantan dan betina berukuran sama.

Narasi ‘jantan yang lebih besar’ masih tertanam kuat dalam biologi evolusi. Namun, Tombak mengatakan, jika studi ini mendapat cukup perhatian, maka hal tersebut akan membantu mengubahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com