Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/03/2024, 22:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Saat cuaca dingin, tubuh kita menggigil dan gigi bergemeletuk. Setelah suhu mulai hangat, tubuh pun akan berhenti menggigil.

Meskipun tampaknya respons tersebut tidak terlalu efektif, tubuh kita menggigil untuk menghasilkan panas agar tubuh tetap hangat.

Menurut dr. Robert Glatter, dokter di Rumah Sakit Lenox Hill, New York City, tubuh perlu menjaga suhu inti sekitar 37 derajat celsius. Untuk mencegah hipotermia, suhu tubuh yang sangat rendah, otak memonitor tingkat panas tubuh dengan sangat cermat.

Jika permukaan kulit menjadi terlalu dingin, reseptor kulit mengirimkan sinyal ke hipotalamus, yakni struktur seukuran kacang almond yang berada jauh di dalam otak.

Tujuan dari hipotalamus adalah untuk menjaga keseimbangan tubuh, yang disebut homeostasis, dengan membantu mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, haus, suasana hati, dan tidur.

Baca juga: Ilmuwan Jelaskan Penyebab Brain Freeze, Sakit Kepala akibat Konsumsi Minuman Dingin

Salah satu trik pemanasan yang mungkin dilakukan hipotalamus adalah menggigil. Selama menggigil, otot rangka, yakni otot yang terhubung ke kerangka yang membantu menggerakkan tubuh, berulang kali tegang dan rileks dalam waktu yang cepat.

Kontraksi dan ekspansi ini tidak hanya membuat anggota tubuh gemetar, tetapi juga menyebabkan otot rahang bergerak-gerak dan membuat gigi bergemeletuk.

Kontraksi otot mengeluarkan energi kimia. Meskipun sebagian energi ini diubah menjadi gerak, sebagian besarnya hilang sebagai panas. Jadi, menggigil mengandalkan proses ini untuk menghangatkan tubuh.

Hipoglikemia atau gula darah rendah juga menyebabkan pelepasan adrenalin. Hal ini dapat mengakibatkan gemetar, detak jantung cepat, gelisah, berkeringat, dan lapar.

Menggigil berbeda dengan tremor, jenis gemetar yang terkadang terlihat pada gangguan neurologis, seperti penyakit parkinson.

Tremor merupakan kontraksi otot yang tidak disengaja, yang mengakibatkan jenis gerakan gemetar yang biasanya terjadi pada tangan, kaki, kepala, dan seluruh tubuh. Getaran tersebut terjadi karena adanya kelainan pada area otak yang mengontrol pergerakan otot.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com