Jika terjadi ketidakseimbangan dalam mikrobioma usus—terutama berkurangnya mikroba bermanfaat—peradangan dapat terjadi.
Peradangan dan ketidakseimbangan semacam ini terlihat berhubungan dengan diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit radang usus.
"Peradangan jangka panjang atau kronis di bagian tubuh mana pun dapat meningkatkan kemungkinan sel normal bermutasi menjadi kanker," jelas Rabia de Latour, MD, ahli gastroenterologi di NYU Grossman School of Medicine.
Baca juga: Mengapa Minum Alkohol Sama Sekali Tidak Bermanfaat bagi Kesehatan?
Dalam penelitian, para ilmuwan telah mengidentifikasi strain bakteri tertentu yang terdapat dalam sampel tinja penderita kanker kolorektal.
Sebuah penelitian menemukan bahwa spesies yang disebut Flavonifractor plautii merupakan bakteri dominan pada tinja penderita kanker kolorektal yang baru muncul.
Meski beberapa aspek mikrobioma tidak banyak berubah setelah beberapa tahun kehidupan, keseimbangan bakteri di usus terus berubah karena makanan dan aktivitas seseorang.
Jika ingin menjaga kesehatan usus, Kimmie Ng menyarankan untuk mengatur pola makan dan gaya hidup.
"Mengikuti pola makan bervariasi yang kaya serat, buah-buahan, dan sayuran cenderung menghasilkan mikrobioma yang lebih baik," katanya.
Pola makan dan perilaku gaya hidup yang direkomendasikan untuk pencegahan kanker kolorektal termasuk tidak merokok atau minum alkohol, berolahraga, dan menjaga berat badan yang sehat.
Baca juga: Mengapa Minum Air Hangat Lebih Baik untuk Kesehatan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.