KOMPAS.com - Indeks sinar ultraviolet (UV) dari matahari yang tinggi, akhir-akhir ini sering dikaitkan dengan kondisi cuaca panas yang dialami sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, melalui siaran persnya, Selasa (25/4/2023), tinggi rendahnya indeks sinar UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.
Dwikorita mengatakan bahwa besar kecilnya radiasi ultraviolet matahari yang mencapai permukaan Bumi memiliki indikator nilai indeks sinar UV.
Dikutip dari laman resmi BMKG.go.id, indeks sinar UV adalah angka tanpa satuan untuk menjelaskan tingkat paparan radiasi sinar ultraviolet dari matahari yang berkaitan dengan kesehatan manusia.
Manfaat mengetahui indeks sinar UV harian, kita dapat memantau tingkat sinar UV, baik yang memberikan manfaat atau memberikan efek berbahaya.
Sementara, radiasi sinar UV merupakan bentuk radiasi elektromagnetik yang berasal dari Matahari. Dikutip dari American Cancer Society, sumber radiasi sinar ultraviolet juga dapat berasal dari buatan manusia seperti perangkat tanning bed atau obor las.
Baca juga: Apakah Buah Tin Bisa Membantu Turunkan Berat Badan?
Jadi, manakah tingkat indeks sinar UV yang berbahaya bagi kesehatan manusia?
Dwikorita menjelaskan bahwa indeks sinar UV yang dipancarkan oleh matahari terbagi menjadi lima kategori, di antaranya sebagai berikut.
Umumnya, tingkat indeks sinar ultraviolet akan ditandai dengan beberapa warna untuk membedakan level risiko bahayanya.
Seperti hijau untuk indeks sinar UV Low, kuning untuk Moderate, oranye untuk level High, merah untuk menandai wilayah dengan indeks UV Very High dan ungu menandai level sinar UV Extreme.
Baca juga: Apakah yang Dimaksud dengan Jam Kiamat Itu?