Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Sampah Antariksa Jatuh ke Bumi Menurut Pakar BRIN

Kompas.com - 30/08/2022, 08:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Benda jatuh antariksa sendiri dibagi menjadi dua macam, antara lain benda buatan yakni sampah antariksa dan benda alami seperti meteorit.

"Meteorit ini bisa dari batuan di sekitar Bumi yang disebut sebagai meteorit atau meteor, tetapi bisa juga kalau ukurannya lebih besar dari asteroid atau objek yang mengitari Bumi dan ukurannya lebih besar," jelas Thomas.

"Atau bisa juga dalam kondisi tertentu itu pecahan dari komet bisa jadi, jadi itu dua klasifikasi besar benda jatuh antariksa yang alami dan buatan," sambung dia.

Baca juga: Sampah Antariksa Berkecepatan Tinggi Bikin Astronot Gagal Spacewalk

Sampah antariksa adalah benda jatuh antariksa yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi Bumi. Kendati bisa terjatuh, ada benda langit buatan yang selamanya mengorbit Bumi karena efek hambatan udaranya minim.

Misalkan sampah antariksa bekas satelit komunikasi, atau satelit meteorologi yang ketinggiannya mencapai 36.000 km.

Sementara, sampah antariksa di orbit rendah, di bawah 1.000 km mengalami efek pengereman oleh atmosfer di mana seiring berjalannya waktu makin turun ketinggiannya dan akhirnya jatuh.

Selain sampah antariksa yang baru-baru ini jatuh di Sanggau, objek serupa juga pernah terjatuh di beberapa wilayah. Tahun 2004, lempengan pecahan badan roket milik China jatuh di Bengkulu.

Kemudian, tahun 2016 beberapa tabung bekas bahan bakar milik Space X jatuh di perairan sekitar Madura.

Pada 2017 jatuh sampah antariksa di Sumatera Barat berupa satu keping tabung bahan bakar ukurannya 50 cm, dan lempengan berukuran lebih dari 2 meter.

Perlukah sampah antariksa dikembalikan ke negara pemilik?

Menjawab hal tersebut, Thomas berkata seharusnya pemilik sampah antariksa bertanggung jawab atas sisa-sisa roket maupun satelit yang terjatuh di negara lain.

Akan tetapi, dalam proses klaim atas kerugian melibatkan antarnegara, dengan kerusakan yang signifikan kepada wilayah tersebut.

"Biasanya untuk kasus-kasus besar saja seperti bekas satelitnya Rusia yang mengandung bahan bakar nuklir yang jatuh di Kanada diproses antarnegara, karena kerugiannya cukup besar, dihitung dari potensi bahayanya karena mengandung nuklir," ungkapnya.

Untuk diketahui, bahwa satelit milik Rusia generasi awal masih menggunakan bahan bakar nuklir dalam misi mereka, lalu sampah antariksanya jatuh di wilayah Kanada.

Dia menambahkan, dalam aturan internasional, ketika ada sampah antariksa jatuh dan menimbulkan kerugian, maka proses ganti rugi bisa dilakukan antarnegara.

Kemudian, melibatkan negara ketiga yang netral untuk memproses lebih lanjut klaim kerugian yang dialami.

Baca juga: ISS Buang 2,9 Ton Baterai, Jadi Sampah Antariksa Paling Masif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com