Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sifilis Kongenital pada Ibu Hamil dan Bahayanya bagi Janin

Kompas.com - 28/08/2022, 17:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber WebMD,NHS,CDC

KOMPAS.com - Sifilis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum.

Saat terpajan bakteri sifilis dalam jangka waktu lama, penyakit ini bisa menyebabkan berbagai masalah serius seperti radang sendi, kerusakan otak, dan kebutaan.

Melansir laman WebMD, sebagian besar penularan penyakit sifilis melalui aktivitas seksual termasuk seks oral dan anal. Bakteri juga bisa masuk ke tubuh seseorang melalui luka di kulit maupun selaput lendir.

Selain itu, sifilis bisa ditularkan dari ibu hamil yang terinfeksi ke anak yang dikandungnya. Kondisi ini mengakibatkan komplikasi serius, bahkan kematian anak yang belum lahir.

Baca juga: Bakteri Treponema pallidum, Bakteri Penyebab Penyakit Sifilis

Sifilis pada ibu hamil

Dituliskan dalam laman NHS, ibu hamil yang menderita sifilis dan menularkannya ke janin dikenal sebagai sifilis kongenital.

Penyakit sifilis yang dialami selama kehamilan bisa meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, dan kematian kelahiran.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan ibu hamil untuk skrining sifilis setidaknya sekali selama kehamilan.

Waktu terbaik skrining sifilis untuk ibu hamil dilakukan saat kunjungan prenatal pertama. Jika nantinya ditemukan penyakit ini, maka bisa segera diobati sebelum menyebabkan masalah serius.

Adapun bayi yang terpapar sifilis bisa lahir tanpa gejala, tapi dapat mengalaminya dalam beberapa minggu jika penyakitnya tidak segera diobati.

Tanda dan gejala bisa sangat serius. Bayi yang tidak diobati mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembagannya, mengalami kejang, bahkan meninggal dunia.

Baca juga: 500 Tahun Dituduh, Ternyata Columbus Bukan Pemicu Endemi Sifilis di Eropa

 

Ilustrasi ibu hamil.FREEPIK Ilustrasi ibu hamil.
Pengobatan sifilis

Sifilis bisa disembuhkan dengan diagnosis dan pengobatan yang cepat. Tapi, keterlambatan pengobatan bisa merusak jantung dan otak secara permanen, bahkan setelah infeksi hilang.

Penderita sifilis kurang dari satu tahun, biasanya cukup satu dosis penisilin untuk membunuh infeksi. Sedangkan sifilis stadium lanjut, membutuhkan lebih banyak dosis.

Jika alergi terhadap penisilin, bisa memperoleh antibiotik lain seperti doksisklin.

Ibu hamil yang alergi terhadap penisilin, kemungkinan akan diminta untuk menjalani proses yang disebut desensitasi, memungkinkan meminum obat dengan aman.

Baca juga: Cara Mengobati Sifilis atau Raja Singa

Perlu digarisbawahi, jangan melakukan kontak seksual sampai infeksi benar-benar menghilang. Pasangan seksual pun harus diskrining, dan jika terinfeksi harus segera diobati.

Orang dengan sifilis mungkin akan mengalami reaksi sistem kekebalan beberapa jam setelah pengobatan pertama. Reaksi ini seperti demam, kedinginan, sakit kepala, sakit perut, hingga nyeri sendi dan otot.

Namun, biasanya reaksi sistem kekebalan yang muncul tersebut akan menghilang dalam waktu 24 jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com