KOMPAS.com - Sifilis adalah infeksi bakteri kronis yang dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Sifilis disebabkan oleh sejenis bakteri yang dikenal sebagai Treponema pallidum, yang dapat menyebar melalui kontak langsung dengan luka sifilis.
Luka sifilis dapat berkembang pada kulit atau selaput lendir vagina, anus, rektum, bibir, atau mulut.
Sifilis paling mungkin menyebar selama aktivitas seksual oral, anal, atau vaginal.
Gejala awal sifilis adalah luka yang tidak nyeri pada alat kelamin, rektum, mulut, atau bagian kulit lainnya.
Baca juga: Bakteri Treponema pallidum, Bakteri Penyebab Penyakit Sifilis
Beberapa orang tidak memperhatikan gejala sifilis karena tidak menimbulkan rasa sakit.
Luka sifilis bisa sembuh dengan sendirinya, namun jika tidak mendapat pengobatan, bakteri tetap berada di dalam tubuh.
Bakteri tersebut bisa tetap tidak aktif di dalam tubuh selama beberapa waktu, sebelum aktif kembali dan merusak organ, termasuk otak.
Siapa pun yang khawatir bahwa mereka mungkin menderita sifilis atau infeksi menular seksual (IMS) lainnya, harus berbicara dengan dokter sesegera mungkin karena perawatan yang cepat dapat menyembuhkannya.
Dilansir dari Medical News Today, pengobatan sifilis sedini mungkin dengan penisilin sangat penting karena penyakit ini dapat menyebabkan konsekuensi yang mengancam jiwa dalam jangka panjang.
Baca juga: Gejala dan Penyebab Penyakit Sifilis
Penisilin salah satu antibiotik yang paling banyak digunakan dan biasanya efektif dalam mengobati sifilis.
Pada tahap selanjutnya, sifilis tetap dapat disembuhkan. Namun, seseorang mungkin memerlukan penisilin untuk waktu yang lebih lama.
Jika kerusakan saraf atau organ terjadi selama tahap akhir sifilis, pengobatan tidak akan memperbaikinya.
Bagaimanapun, pengobatan sifilis mencegah kerusakan lebih lanjut dengan membersihkan bakteri dari tubuh seseorang.
Dilansir dari Healthline, sifilis primer dan sekunder mudah diobati dengan suntikan penisilin.
Baca juga: 500 Tahun Dituduh, Ternyata Columbus Bukan Pemicu Endemi Sifilis di Eropa