Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perairan Jakarta Tercemar Sampah Saset, Ecoton Minta Produsen Ikut Bersihkan Sampahnya

Kompas.com - 20/06/2022, 12:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

 

Di sisi lain, tim dari River Warrior menyampaikan bahwa sampah-sampah plastik yang tersangkut di pohon mangrove bisa menjadi ancaman serius.

Sebab, banyak hewan seperti monyet ekor panjang, burung air dan biawak yang berpotensi mengonsumsi plastik kemasan makanan.

Selanjutnya pada Minggu 19 Juni 2022 tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) masih melakukan kegiatan brand audit di Muara Baru.

Kegiatan di Ciliwung Condet yang diikuti oleh Komunitas Peduli Ciliwung Condet, Ciliwung Institut, dan Ecoton menemukan lebih dari 1.000 batang pohon masih terlilit sampah plastik.

Sampah saset Unilever banyak ditemukan tersangkut di dahan pohon loah, terpendam dibantaran dan terapung disungai,” terang peneliti ESN, Prigi Arisandi.

Baca juga: Mengapa Banyak Orang Buang Sampah Plastik Sembarangan? Ilmu Sosial Jelaskan

Komunikasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Ecoton

Sebelumnya, Ecoton menyebut telah melayangkan surat somasi kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), gubernur DKI Jakarta dan gubernur Jawa barat sebagai pejabat yang dinilai bertanggung jawab atas pengelolaan Ciliwung maupun muara-muara sungainya.

Tetapi, surat itu belum dijawab secara resmi. Berkaitan dengan hal tersebut, Ecoton dan Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sudah melakukan komunikasi aktif.

"Menurut sumber di Pemprov DKI saat ini sedang disiapkan jawaban untuk merespons somasi Ecoton,” tutur Kholid Basyaiban, selaku pengacara lingkungan Ecoton.

Sementara itu, Peneliti Senior Ecoton Daru Setyorini, berkata bahwa respons positif Pemprov DKI merupakan harapan untuk pemulihan Ciliwung.

Kendati begitu, pihaknya mendesak produsen untuk ikut bertanggung jawab. Mengingat, dalam Undang-Undang Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008, mengatur bahwa produsen wajib bertanggung jawab atas sampah yang dihasilkan jika tidak bisa diolah secara alami.

"Sehingga produsen yang diketahui sampah sasetnya masih banyak ditemukan di perairan Jakarta seperti Unilever, Wings, Indofood, Mayora dan Santos Jaya harus ikut membersihkan dan mengelolanya,” ucapnya.

Baca juga: Bahaya Sampah Plastik bagi Lingkungan

Ia menambahkan, solusi jangka panjangnya adalah produsen perlu menghentikan produksi saset, karena termasuk kategori sampah residu yang tidak bisa didaur ulang.

Saset termasuk packaging multilayer, ada empat lapisan plastik dalam satu sachet seperti alumunium foil, polimer EVOH, PP dan plastik laminasi padahal dalam proses daur ulang plastik harus di olah berdasarkan jenis polimernya," jelas Daru.

"Kalo mau daur ulang saset, maka harus dipisahkan dulu berdasarkan jenis polimernya dan hal ini tidak ada pendaurulang yang melakukan, maka sebagian besar saset dibakar atau dibiarkan terapung di sungai dan di laut,” sambung dia.

Ecoton juga meminta agar produsen dapat memenuhi sejumlah tuntutan mereka, antara lain:

- Produsen saset harus menghentikan produksi saset dan mengganti atau redesign packaging lain yang bisa diisi ulang atau dipakai kembali.

- Produsen yang diketahui sampahnya mencemari perairan Jakarta harus bertanggung jawab untuk melakukan clean up atau pembersihan sampah. Pemerintah pusat harus mengoordinasikan kegiatan ini dan merehabilitasi lahan yang telah tercemar.

- Pemerintah pusat harus melarang penggunaan kemasan saset karena tidak bisa didaur ulang dan menjadi sumber pencemaran mikroplastik di perairan.

- Pemerintah mendorong produsen membuat refill station.

 Baca juga: Tolak Galon Sekali Pakai, Sampah Plastik Kian Mengancam Lingkungan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com