KOMPAS.com - Setidaknya 91 persen masyarakat di Asia Pasifik mengaku percaya terhadap sains, dengan 87 persen orang memercayai para ilmuwan, seiring dengan dunia yang mulai bangkit dari pandemi Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan dalam State of Science Index 2022, sebuah survei persepsi sains global.
Survei itu mencatat bahwa 57 persen responden setuju, sains sangat penting untuk melakukan kegiatan sehari-hari, dibandingkan angka global yang hanya mencapai 52 persen.
Baca juga: Survei: 98 persen Responden di Indonesia Dukung Target Global untuk Melindungi Bumi
Perusahaan sains global 3M telah melakukan survei di 17 negara di seluruh dunia, yang melibatkan sekitar 1.000 responden dari setiap negara.
Para responden turut melihat peluang sains untuk menemukan solusi dari berbagai masalah sosial, termasuk perubahan iklim, kesetaraan dalam bidang kesehatan, serta STEM (science, technology, engineering, and mathematics).
“Masyarakat terus menghargai dan memercayai sains bahkan saat kita memasuki fase pemulihan pasca pandemi, tetapi kita perlu membuka jalan untuk komunikasi sains yang kredibel, agar dapat menghubungkan sains dengan isu-isu yang penting.”
Hal itu dikatakan oleh Senior Vice President, 3M Asia Corporate Affairs dan Managing Director 3M Korea, Jim Falteisek dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Minggu (19/6/2022).
“Kami sangat senang dapat meluncurkan hasil dari survei State of Science Index 2022, yang menunjukkan apa yang masyarakat pikirkan dan rasakan dalam bidang STEM ini, dampaknya terhadap dunia di sekitar kita, dan bagaimana kita dapat menjembatani kesenjangan ini," lanjutnya.
Misinformasi berpotensi memengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap sains
Sayangnya, kepercayaan ini dapat dikacaukan oleh informasi salah, yang beredar di tengah masyarakat.
Rata-rata masyarakat di kawasan tersebut percaya ada misinformasi yang tersebar luas di media tradisional.
Di antaranya termasuk berita online, media cetak atau siaran televisi (71 persen), serta di media sosial (85 persen) yang dapat mengancam kredibilitas ilmiah.
Faktanya, survei itu menemukan 36 persen responden di Asia Pasifik masih cenderung skeptis terhadap sains daripada responden secara global dengan persentase 29 persen.
Kendati demikian, mereka mengakui sains sangat diperlukan, di mana sebagian besar masyarakat meyakini ada konsekuensi negatif jika orang tidak menghargai sains.
Tak hanya itu, krisis kesehatan masyarakat, banyaknya perpecahan dalam masyarakat, dan meningkatnya tingkat keparahan efek perubahan iklim dilihat sebagai konsekuensi utama jika orang tidak dapat memercayai berita tentang sains.
Sebanyak 82 persen responden di Asia Pasifik juga ingin mengetahui lebih banyak dari para ilmuwan tentang pekerjaan mereka, menyoroti peluang yang jelas bagi komunikasi sains untuk masa depan.
Baca juga: Survei Terbaru, Mayoritas Warga Jabodetabek Salah Paham soal Kualitas Udara