Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Astronom Pelajari Nova Tercepat Hercules V1674, Seperti Apa?

Kompas.com - 17/06/2022, 13:03 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Space

KOMPAS.com - Nova tercepat yang pernah tercatat diketahui menggema secara berkala seperti bel yang dipukul, dengan fenomena energik yang tidak biasa didorong oleh katai putih dari bintang pendampingnya.

Katai putih merupakan sisa dari bintang kecil atau sedang yang kehabisan bahan bakar nuklir dan melepaskan lapisan luarnya.

Sistem bintang biner yang disebut Hercules V1674 dan terletak di konstelasi Hercules ini, menurut ilmuwan, bisa menjadi kunci untuk pemahaman yang lebih baik mengenai kimia tata surya, kelahiran dan kematian bintang, bahkan evolusi galaksi.

Hercules V1674 pertama kali meletus pada 12 Juni 2021, menghasilkan semburan cahaya yang begitu terang hingga terlihat dengan mata telanjang.

Baca juga: Berapa Lama Bintang Bisa Hidup? Ahli Berikan Jawabannya

Para ilmuwan mengidentifikasi ledakan itu sebagai nova, suar cahaya terang yang tiba-tiba dalam sistem dua bintang, di mana katai putih menyeret materi jauh dari bintang pendamping.

Saat materi ini jatuh ke permukaan katai putih, akan memanas dan menyebabkan reaksi eksplosif yang meluncurkan materi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya.

Reaksi tersebut juga menciptakan emisi elektromagnetik energik yang dapat dilihat sebagai cahaya tampak.

Sementara peristiwa ini terjadi, biasanya akan memudar selama beberapa minggu atau bahkan lebih lama. Tapi Hercules V1674 menghilang dengan cepat, hanya dalam satu hari, mengalahkan nova tercepat sebelumnya yang memudar dalam periode antara dua hingga tiga hari.

Kendati begitu, memudar dengan cepat bukanlah satu-satunya hal yang luar biasa mengenai sistem ini, yang menentukan bahwa output energi dan cahaya dari Hercules V1674 bergema seperti bel berbunyi.

Selain itu, guncangan yang terjadi setiap 501 detik dan dapat dilihat baik dalam cahaya tampak maupun sinar-X, berlanjut setahun setelah ledakan awal.

"Hal yang paling tidak biasa adalah bahwa osilasi ini terlihat sebelum ledakan, tapi juga terlihat saat nova sekitar 10 magnitudo lebih terang," tutur Mark Wagner, astronom di Ohio State University.

Baca juga: Fisikawan Ungkap Kemungkinan Alien Nongkrong di Bola Dyson yang Kelilingi Katai Putih

 

Para peneliti juga menemukan, saat ledakan nova mengeluarkan material, aliran keluarnya dibentuk oleh angin yang tampaknya bergantung pada posisi katai putih sistem tersebut.

"Kami masih mengamati sistemnya. Kami tahu bahwa katai putih belum kembali tenang," papar Sumner Starrfield, astronom di Arizona State University.

"Kami juga tahu bahwa massa sedang hilang pada satu fase orbit. Tapi kami mendapatkan lebih banyak data untuk menentukan di mana di orbit itu terjadi,” lanjut dia.

Baca juga: Astronom Temukan Ledakan Bintang Tipe Baru, Disebut Micronova

Dalam pertemuan American Astronomical Society (AAS) di California pada 14 Juni lalu, ilmuwan percaya bahwa sistem biner ini merupakan sistem kutub menengah, yang terjadi saat katai putih memakan bintang pendampingnya. 

Namun, medan magnet katai putih tersebut mengganggu, yang menyebabkan cahaya dan energi sistem berfluktuasi. Sifat dari sistem semacam ini hanyalah salah satu teka-teki yang dapat digunakan para astronom untuk membantu membuka V1674 Hercules.

Memahami sistem ini dapat memberikan para astronom wawasan penting mengenai evolusi galaksi, karena materi yang dikeluarkan nova menyebar melalui ruang sekitarnya.

Materi yang dikeluarkan terus membentuk generasi bintang dan planet berikutnya, termasuk matahari dan seluruh tata surya, serta berbagai jenis nova dari bintang berbeda menyebarkan kelimpahan elemennya.

"Kami selalu berusaha mencari tahu bagaimana tata surya terbentuk, dari mana unsur-unsur kimia di tata surya berasal," kata Starrfield.

Baca juga: Teleskop James Webb Berhasil Memotret Bintang Pertamanya, Seperti Apa?

Salah satu hal yang akan dipelajari dari nova ini, seperti banyaknya lithium yang dihasilkan oleh ledakan.

“Kami cukup yakin sekarang ,bahwa sebagian besar lithium yang kita miliki di bumi diproduksi oleh ledakan semacam ini,” paparnya.

Katai putih dalam sistem biner juga dapat menjadi alat ukur penting bagi para astronom. Sifat ini muncul karena tidak semua materi yang dicuri katai putih dari bintang pendampingnya dikeluarkan dalam ledakan nova, dengan beberapa darinya tetap menghasilkan katai putih yang bertambah massa.

Perolehan tersebut dapat mendorong katai putih melewati batas massa Chandrasekhar, garis pemisah antara sisa-sisa bintang yang bisa dan tidak bisa menjadi supernova.

Katai putih yang melebihi batas akhirnya dapat meletus dalam supernova tipe 1a, yang bukan hanya salah satu peristiwa paling terang di alam semesta, tapi juga memiliki keluaran cahaya yang sangat teratur dan seragam. Ini digunakan sebagai standar untuk mengukur jarak secara akurat.

Baca juga: Pertama Kali, Astronom Temukan Molekul Organik Terbesar di Sekitar Bintang Muda

Pemahaman yang lebih baik mengenai ledakan nova dan supernova juga dapat memberikan para peneliti ide yang lebih baik tentang proses yang terjadi pada akhir kehidupan bintang, saat kehabisan bahan bakar untuk fusi nuklir.

Namun para astronom, termasuk Starrfield perlu mempelajari Hercules V1674 lebih lanjut.

Secara khusus, diharapkan dapat menggunakan Large Binocular Telescope di Arizona untuk memotret gas yang dimuntahkan oleh sistem agar memahami bagaimana ledakan itu terjadi.

"Ini benar-benar pekerjaan yang sedang berjalan," ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, penelitian ini akan dipublikasikan ke jurnal Research Notes of American Astronomical Society. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com