Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taman Nasional Komodo Jadi Rumah Pari Manta Terbesar di Dunia

Kompas.com - 21/05/2022, 12:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber PHYSORG


KOMPAS.com- Ilmuwan dari Marine Megafauna Foundation dan Murdoch University mengungkapkan bahwa perairan Taman Nasional Komodo menjadi rumah bagi sejumlah besar pari manta. Mereka pun bisa ditemui sepanjang tahun.

Temuan ini menunjukkan kawasan yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO itu menjadi kunci konservasi dari spesies yang terancam tersebut.

Dikutip dari Phys, Jumat (20/5/2022) Manta karang (Mobula alfredi) yang dapat tumbuh hingga 5 meter, cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pesisir yang dangkal. Mereka juga mengunjungi terumbu karang untuk mendapatkan parasit atau kulit mati yang diambil oleh ikan-ikan kecil.

Dalam studi yang mengungkap bahwa sekawanan besar ikan pari manta menghuni Taman Nasional Komodo ini, para ilmuwan bekerja sama dengan komunitas operator selam yang melayani taman nasional tersebut untuk mendapatkan sumber foto-foto identifikasi pari manta yang mengunjungi perairan di kawasan ini.

Selanjutnya, foto-foto dokumentasi pari manta di perairan Taman Nasional Komodo tersebut dikirimkan ke MantaMatcher.org-basis data daring crowdsourced untuk manta dan pari lainnya.

Hasilnya sebagian besar foto yang dikumpulkan hanya berasal dari empat lokasi dari lebih 20 tempat yang biasa dikunjungi oleh kapal wisata.

Baca juga: Unik dan Langka, Ada Ikan Pari Manta Berwarna Pink di Australia

"Saya kagum dengan betapa terbukanya komunitas penyelam lokal dalam membantu mengumpulkan data (dokumentasi pari manta di perairan Taman Nasional Komodo dan lokasi lainnya) yang sangat dibutuhkan tentang hewan-hewan yang terancam ini," kata penulis utama Dr. Elitza Germanov.

"Dengan dukungan mereka, kami dapat mengidentifikasi lebih dari 1.000 individu pari manta dari lebih dari 4.000 foto," ungkapnya.

Ikan pari manta sendiri diidentifikasi melalui pola perut mereka yang unik dan terkadang mencolok.

Sementara itu, Andrea Marshall, ilmuwan utama dan salah satu pendiri Marine Megafauna Foundation juga melihat potensi untuk melibatkan masyarakat dengan pengumpulan data untuk hewan laut yang terancam dan belum dipelajari ini.

Ia kemudian bekerja sama dengan perusahaan perangkat lunak WildMe untuk mengembangkan platform basis data satwa liar online untuk mencocokkan dan membuat katalog pari manta di berbagai populasi di seluruh dunia.

"Orang-orang menyukai pari manta, mereka adalah salah satu hewan paling ikonik di lautan kita. Meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam penyelaman dan munculnya kamera bawah air terjangkau membuat foto dan video diambil oleh publik dapat digunakan untuk pengumpulan data skala cepat dan terjangkau," kata Marshall.

Foto-foto ikan pari manta di perairan Taman Nasional Komodo dan lokasi lainnya  dan informasi waktu dan lokasi yang menyertainya kemudian digunakan untuk menyusun sejarah penampakan individu pari manta yang kemudian dapat dianalisis dengan model pergerakan statistik.

Baca juga: Nelayan Tangkap Ikan Pari Air Tawar Raksasa di Sungai Mekong, Seperti Apa?

Ilustrasi ikan pari manta.PIXABAY Ilustrasi ikan pari manta.

Model-model ini dapat memprediksi kemungkinan pari manta menghuni atau bepergian di antara situs-situs tertentu, termasuk di Taman Nasional Komodo.

 

Studi menunjukkan bahwa beberapa ikan pari manta bergerak di sekitar taman nasional dan yang lainnya sejauh lebih dari 450 km ke barat atau di wilayah Nusa Penida.

Akan tetapi secara keseluruhan pari manta menunjukkan preferensi individu untuk situs tertentu di dalam Taman Nasional Komodo.

"Saya merasa sangat tertarik bagaimana beberapa pari manta tampaknya lebih suka menghabiskan waktu mereka di beberapa situs daripada yang lain, bahkan ketika situs tersebut berjarak 5 km, yang merupakan jarak pendek untuk pari manta," jelas Germanov.

"Namun ini berarti pari manta yang lebih memilih lokasi di mana kegiatan penangkapan ikan terus terjadi atau yang lebih populer dengan pariwisata akan menanggung dampak yang lebih besar," tambahnya.

Kegiatan penangkapan ikan telah dilarang di banyak wilayah pesisir di dalam TN Komodo sejak tahun 1984, termasuk di habitat pari manta.

Tetapi karena aktivitas penangkapan ikan ilegal dan pergerakan ikan pari manta ke perairan di mana banyak penangkapan ikan membuat pari manta terus menghadapi sejumlah ancaman.

Baca juga: Cara Ikan Pari Berkembang Biak

Sekitar 5 persen dari pari manta di perairan Taman Nasional Komodo mengalami luka permanen yang kemungkinan disebabkan karena kontak dengan alat tangkap.

Sementara itu, peningkatan aktivitas berperahu, menyelam, dan snorkling yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap pari manta dan habitatnya.

"Studi ini menunjukkan bahwa tempat yang biasa dikunjungi wisatawan untuk mengamati pari manta penting bagi kehidupan hewan tersebut. Artinya, Taman Nasional Komodo harus membuat langkah-langkah untuk membatasi gangguan di tempat-tempat tersebut," papar Ande Kefi, pegawai Taman Nasional Komodo yang terlibat dalam penelitian.

"Saya berharap studi ini akan mendorong operator pariwisata untuk memahami perlunya peraturan yang sudah diberlakukan dan meningkatkan kepatuhan," katanya lagi.

Peneliti pun memberikan rekomendasi tambahan untuk meningkatkan konservasi pari manta di Taman Nasional Komodo yang juga dapat menjadi pedoman untuk habitat pari manta di tempat lain di dunia.

Peneliti menyebut dengan membatasi jumlah perahu wisata yang diperbolehkan pada satu waktu di semua tempat berkumpulnya pari manta dan membuat kode etik penyelaman serta snorkeling dengan ikan pari manta menjadi cara untuk meminimalkan dampak dari pariwisata yang wajib diusulkan.

Studi yang mengungkapkan sekawanan besar pari manta menghuni perairan Taman Nasional Komodo ini telah dipublikasikan di jurnal PeerJ.

Baca juga: Langka, Ikan Pari di Kebun Binatang Australia Melahirkan Tanpa Ayah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com