KOMPAS.com - Petir adalah salah satu fenomena alam yang berkaitan dengan hujan lebat saat cuaca ekstrem terjadi.
Biasanya, peristiwa hujan diawali dengan terjadinya petir, sehingga petir atau kilat dapat menjadi indikasi terjadinya hujan lebat.
Cuaca ekstrem pada saat musim peralihan atau pancaroba seperti saat ini kerap kali berdampak pada bencana hidrometeorologi, termasuk hujan lebat yang dapat disertai angin kencang, badai, dan petir (lightning).
Baca juga: Aktivitas Petir di Dunia Berkurang Selama Lockdown, Peneliti Temukan Penyebabnya
Peneliti petir sekaligus Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Dr Dipl Ing Ir Reynaldo Zoro mengatakan, bahwa dalam proses sirkulasi pertukaran butir air (aerosol) di udara terjadi tabrakan antara partikel yang naik dan turun.
Maka, terjadi pula pemisahan muatan listrik, di mana pada bagian atas bermuatan listrik positif dan yang di dasar awan memiliki muatan listrik negatif.
"Kalau muatan yang di awan bagian bawah udara banyak, loncat deh ke tanah. Jadilah petir. Jadi udara panas dan lembap itu (adalah) vokal bakal awan petir," kata Zoro seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (7/7/2020).
Selain itu, ternyata fenomena banyak petir terjadi itu juga bisa disebabkan oleh kondisi pembalikan arah angin yang disebut moonsun atau monsun.
Angin monsun adalah angin yang berhembus secara periodik, minimal 3 bulan.
Antara periode yang satu dengan yang lain polanya akan berlawanan dan berganti arah secara berlawanan setiap setengah tahun.
Munculnya angin monsun ditandai dengan curah hujan yang tinggi, dan ini erat kaitannya cengan kondisi cuaca ekstrem, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya bencana hidrometeorologi, salah satunya petir atau kilat.
Berdasarkan keterangan resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), menjelaskan bahwa setidaknya ada empat tipe petir.
Di antaranya petir yang terjadi dari awan ke tanah (cloud-to-ground), awan ke awan (cloud-to-cloud), awan ke udara (cloud-to-air), dan dalam awan yang sama (intra-cloud).
Baca juga: Warna Petir Tidak Hanya Putih, Ini Penjelasannya Menurut Sains
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.