Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Proses Terjadinya Petir dan Bahayanya Bagi Manusia

Kompas.com - Diperbarui 03/01/2023, 10:53 WIB
Nadia Faradiba

Penulis

KOMPAS.com - Saat hujan deras, biasanya petir atau kilat turut muncul.

Petir atau kilat adalah kilatan cahaya yang menyambar biasanya diikuti dengan suara gemuruh yang keras. Petir adalah fenomena alam yang biasa terjadi saat musim hujan.

Baca juga: Apa Itu Petir? Fenomena yang Muncul Saat Hujan Deras

Petir dan guruh biasanya datang beriringan. Petir dan guruh bisa datang bersamaan bisa datang dalam waktu yang berbeda. Ini disebabkan karena perbedaan kecepatan cahaya dan kecepatan suara.

Kecepatan cahaya jauh lebih cepat dibandingkan kecepatan suara. Maka dari itu, petir seringkali menyambar lebih dulu dibandingkan tibanya suara yang keras atau guruh.

Petir merupakan proses pelepasan listrik dan tidak hanya terjadi dari awan ke bumi, tapi juga bisa terjadi dari awan ke awan lainnya.

Sebuah kilatan petir suhunya bisa mencapai 30.000 derajat Celcius. Karena pemanasan udara yang luar biasa inilah yang membuat udara bergerak dan seolah meledak sehingga timbul suara menggelegar yang kita sebut guruh.

Baca juga: Diduga Picu Kebakaran Kilang Pertamina Indramayu, Ini Ciri Khas Petir Indonesia

Proses terjadinya petir

Pada saat muatan listrik berkumpul di dalam awan dan posisi awan semakin tinggi, muatan awan akan terlibat dalam turbulensi udara. Hal ini menyebabkan muatan listrik awan bergerak secara cepat dan terus menerus.

Pergerakan ini akan membuat muatan positif dan muatan negatif memisahkan diri. Bagian atas awan akan mengumpulkan muatan positif, sedangkan muatan negatif akan terkumpul di bagian bawah awan.

Muatan negatif pada bagian bawah awan memiliki kecenderungan untuk berikatan dengan muatan positif yang ada di bumi. Jika muatan negatif pada dasar awan sudah cukup besar, aliran muatan negatif dari awan akan menuju ke bumi.

Ketika petir meyambar, akan terjadi pertukaran muatan negatif dari awan dengan muatan positif dari bumi. Saat pertemuan muatan negatif dan muatan positif inilah kita melihat pertir dan suara guruh.

Pembuangan muatan negatif ini bertujuan untuk mencapai keseimbangan muatan di dalam awan. Air yang ada di udara akan menurunkan daya isolasi udara, sehingga pada musim hujan arus listrik akan lebih mudah mengalir dan menyebabkan banyak petir.

Mengapa petir menyambar daratan yang tinggi

Jika akumulasi muatan listrik yang saling tarik menarik antara awan dan bumi sudah cukup besar, maka daya antar listriknya untuk melalui udara akan semakin besar.

Saat ini terjadi, muatan negatif dari awan akan langsung menyambar titik tertinggi dari bumi karena titik tertinggi inilah yang mengandung muatan positif paling dekat dan besar.

Mengapa petir berbahaya bagi manusia

Walaupun petir adalah fenomena alam yang normal terjadi, ternyata petir bisa berbahaya untuk manusia.

Arus petir bisa menimbulkan tegangan listrik yang tinggi yang tidak bisa ditahan oleh makhluk hidup. Bahkan terdapat beberapa sejarah kejadian manusia meninggal akibat tersambar petir.

Baca juga: Ahli Sebut Kehidupan di Bumi Berawal dari Sambaran Petir, Kok Bisa?

Selain itu, petir juga berbahaya jika menyambar logam atau struktur bangunan karena bisa menyebabkan konsleting listrik, menyebabkan kebakaran, mengganggu menara sinyal, hingga memicu ledakan.

Maka dari itu sangat penting untuk memasang penangkal petir di atap-atap rumah dan bangunan agar proses terjadinya petir tidak membahayakan manusia atau menyebabkan kerusakan pada gedung.

Penggunaan penagkal petir di atap bangunan akan menghantarkan muatan listrik langsung ke tanah, sehingga lebih aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com