Untuk melacak perkembangan sel B, tim membandingkan sel B dari sampel darah, kelenjar getah bening, dan sumsum tulang. Peneliti mampu melacak evolusi 1.540 garis keturunan sel B.
Sel B dalam darah mencapai puncaknya satu minggu setelah dosis vaksin Covid-19 kedua dan kemudian dengan cepat menghilang.
Sebaliknya, sel B di kelenjar getah bening bertahan selama enam bulan, di mana berubah secara signifikan.
Antibodi yang dibuat oleh sel-sel ini menjadi lebih baik dalam mengikat dan menetralkan virus.
Sel B dalam sampel sumsum tulang yang diambil enam bulan setelah dosis vaksin Covid kedua juga meningkat, menunjukkan mereka berasal dari sel B kelenjar getah bening.
Baca juga: Studi: Antibodi dari Booster Vaksin Sinopharm Turun Setelah Enam Bulan
Studi ini tidak melihat apakah sel B atau antibodi mengenali varian virus yang berbeda.
Namun, penelitian lain menemukan pusat germinal dapat mengembangkan sel B untuk bertahan melawan berbagai varian.
“Ketika melihat antibodi, kuantitas seharusnya tidak menjadi satu-satunya perhatian,” jelas Ellebedy.
Ellebedy menambahkan, antibodi pada enam bulan mungkin lebih sedikit jumlahnya, tapi kualitasnya jauh lebih baik.
"Penyempurnaan respons antibodi itu terjadi dengan sendirinya. Anda mendapatkan suntikan, mungkin lengan sakit selama sehari, dan kemudian melupakannya. Tapi enam bulan kemudian, pusat germinal masih bekerja, antibodi masih menjadi lebih baik dan lebih baik," pungkas dia.
Baca juga: Vaksin Booster AstraZeneca Ini Diklaim Tingkatkan Antibodi Penetral terhadap Omicron
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.