Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bibit Siklon Terpantau, Ini Dampaknya pada Cuaca di Indonesia!

Kompas.com - 25/02/2022, 08:31 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Dua bibit siklon terpantau di perairan Indonesia. Sistem bibit siklon 99S yang teridentifikasi pada 23 Februari 2022 terkait dengan pembentukan sirkulasi udara yang dipicu oleh pola tekanan rendah di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Terpantau dengan adanya peningkatan intensitas sirkulasi udara menjadi satu sistem bibit tiklon tropis 99S yang mulai terbentuk di sekitar Laut Timor sebelah utara Australia.

Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC), bibit siklon ini tepatnya berada di posisi 12,6 derajat LS dan 128,3 derajat BT, di mana area tersebut sudah masuk di wilayah tanggung jawab TCWC Australia.

Deputi Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, sistem bibit siklon 99S memiliki tekanan udara minimum di pusatnya mencapai 1001mb dan kecepatan angin maksimum di sekitar pusatnya mencapai 25 knots (46 km/jam).

"Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 kanal IR terlihat adanya pumpunan awan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir dan dari analisis angin per lapisan terpantau pembentukan sirkulasi pada lapisan permukaan hingga menengah," ujar Guswanto kepada Kompas.com, Jumat (25/2/2022).

Baca juga: Bibit Siklon Tropis 97S Meningkatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia 3 Hari ke Depan

Guswanto menjelaskan, pembentukan pola sirkulasi angin yang meningkat menjadi sistem bibit siklon tersebut diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.

Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya menuju ke arah selatan dan menjauhi wilayah Indonesia.

Sementara itu, potensi sistem bibit siklon 99S tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24-48 jam ke depan masih berada dalam kategori menengah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan.

"Suatu kriteria bahwa bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi Siklon Tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam)," tutur Guswanto.

Keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa-Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut," papar dia.

Baca juga: BMKG Pantau Bibit Siklon 91W, Ini Dampaknya pada Cuaca Indonesia

Dampak bibit siklon terhadap cuaca di Indonesia

Guswanto menuturkan, dalam periode 24 jam ke depan, bibit siklon sistem 99S tersebut dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang di wilayah Indonesia sebagai berikut:

  • Potensi hujan sedang hingga lebat

Potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir/angin kencang yang dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi (banjir bandang, longsor, dsb) di wilayah:

  1. Bali
  2. Nusa Tenggara Barat
  3. Nusa Tenggara Timur
  4. Sulawesi Selatan
  5. Sulawesi Tenggara
  6. Maluku bagian barat daya

Selain potensi hujan lebat sebagai dampak dari pembentukan bibit siklon tropis di Indonesia, juga dapat menyebabkan terjadinya gelombang tinggi berpeluang terjadi di wilayah perairan berikut:

- Tinggi gelombang 1.25 - 2.5 meter (moderate sea)

  1. Perairan Kepulauan Selayar
  2. Laut Flores
  3. Perairan utara Kepulauan Flores
  4. Laut Sawu
  5. Perairan Kupang-Pulau Rotte
  6. Selat Ombai
  7. Samudra Hindia selatan NTT
  8. Perarian Fakfak-Kaimana
  9. Perairan selatan Pulau Buru-Pulau Seram
  10. Laut Seram
  11. Perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru
  12. Laut Arafuru bagian timur

- Tinggi gelombang 2.5 - 4.0 meter (rough sea)

  1. Laut Banda
  2. Perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar
  3. Laut Arafuru bagian tengah

- Tinggi gelombang 4-6 meter (very Rough Sea):

  1. Laut Timor
  2. Laut Arafuru bagian barat

Baca juga: BMKG Pantau Bibit Siklon Tropis 97S, Ini Dampaknya Bagi Indonesia

Sistem bibit siklon 90S

Pada waktu yang bersamaan, sistem bibit siklon 90S terbentuk di perairan Samudra Hindia barat daya Sumatera, tepatnya di 13.0 derajat LS dan 95.9 derajat BT.

Kecepatan angin maksimum sistem 90S mencapai 30 knot (56 km/jam) dengan tekanan udara minimum di sekitar pusatnya mencapai 1003 mb.

Pantauan citra satelit cuaca Himawari-8 hari ini terlihat adanya peningkatan pumpunan awan selama 12 jam terakhir. Dari analisis angin perlapisan tampak sirkulasi mulai dari lapisan bawah hingga menengah.

Berdasarkan model prediksi BMKG, intensitas sistem 90S dalam 24 jam ke depan cenderung menunjukkan penurunan dengan pergerakan sistem ke arah barat hingga barat daya menjauhi wilayah Indonesia.

Sementara itu, potensi untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori menengah.

Adapun dampak tidak langsung yang dapat ditimbulkan dari keberadaan Sistem 90S adalah potensi gelombang tinggi 1.25 - 2.5 meter (moderate) di wilayah berikut:

  • Perairan barat Kepulauan Mentawai
  • Perairan Pulau Enggano-Bengkulu
  • Perairan barat Lampung
  • Selat Sunda bagian selatan dan barat
  • Perairan selatan Pulau Jawa
  • Samudra Hindia barat Sumatra hingga selatan Jawa

Baca juga: Suspect Area Berpotensi Bibit Siklon di Laut Arafuru Berdampak pada Cuaca 3 Hari ke Depan

Guswanto menambahkan, BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan potensi siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstrem yang dapat terjadi.

Terkait dengan potensi cuaca ekstrem dari bibit siklon tropis 99S dan 90S tersebut, masyarakat diimbau untuk:

1. Menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak.

2. Menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

3. Mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang terutama di daerah yang rentan.

4. Stakeholder yang terkait kebencanaan untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com