Eddy menambahkan, permasalahan wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa terhadap potensi tenggelam ini cukup banyak.
1. Perkembangan dan eksploitasi Pemanfaatan lahan yang relatif cepat di kota-kota besar Pantura Jawa, seperti Tangerang, DKI Jakarta, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang dan Surabaya.
2. Perubahan pemukiman, perubahan mangrove, perubahan garis pantai.
3. Dominasi tanah lunak yang tersusun dari endapan alluvial dan batuan lempung.
4. Penurunan muka tanah (landsubsidence) yang tinggi.
Jakarta memang memiliki potensi tenggelam, bukan hanya karena faktor Sea Level Rise (tinggi permukaan laut) semata, yang sangat kecil sekitar 3 ml/tahun.
Baca juga: Teluk Jakarta Tercemar Paracetamol, Peneliti Duga Sumbernya dari Sini
Namun, yang sangat berpengaruh pada Jakarta atau kawasan sepanjang Pantura pada umumnya adalah Landsubsidence (penurunan muka tanah) yang memang ini sudah tidak bisa dikendalikan.
Oleh karena itu, penurunan muka tanah ini perlu di rem, kalau tidak maka Sea Level Rise akan naik dan dampaknya akan sangat besar bagi masyarakat yang ada di Pantura.
Sebab, saat penurunan muka tanah terjadi, ketika rob datang, maka banjir air laut tersebut akan jauh masuk ke daratan dan merendam kawasan sekitar wilayah tersebut.
Dalam proyeksi 10 tahun mendatang, diprediksikan genangan berdasarkan laju permukaan muka tanah di tahun 2031, kawasan Pekalongan menjadi urutan pertama, di mana areal tergenang tanpa skenario lebih luas dibandingkan kedua wilayah lainnya.
"Dari beberapa skenario air (Rob) tergenang, 0, 1 dan 2 (meter), maka saat ini Pekalongan menduduki rangking pertama, dan Semarang (urutan kedua). Jakarta itu tidak terlalu tinggi (terendamnya)," ujarnya.
Baca juga: Teluk Jakarta Tercemar Paracetamol, Walhi: Kami Terkejut, Tanda Pemprov Lalai