Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Indonesia Gagal Turunkan Angka Kematian Ibu Melahirkan, Ini Alasannya

Kompas.com - 24/08/2021, 17:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masalah di kelompok miskin dan terpencil

Riset saya di Kecamatan Pesanggaran Banyuwangi Jawa Timur pada 2018 menunjukkan jarak dan transportasi merupakan faktor yang mempersulit akses pelayanan kesehatan pada ibu hamil, terutama kelompok miskin.

Selain jarak dan mahalnya transportasi, terungkap dalam riset ini bahwa pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) yang dilakukan secara lengkap (4 kali) juga tidak memperlihatkan angka yang memuaskan selama implementasi JKN.

Pada 2016, cakupan ANC di Puskesmas Pesanggaran hanya sekitar 60,%. Angka ini menjadi cakupan terendah, jika dibandingkan dengan Puskesmas lain di Pesanggaran. Bahkan, hanya 59,4% komplikasi kehamilan yang dapat ditangani oleh Pukesmas Pesanggaran pada 2019.

Sebuah riset pada 2018-2019, melibatkan sampel 4.340 perempuan usia subur, tentang kontribusi Jaminan Kesehatan Nasional terhadap penurunan kematian ibu menyatakan pemanfaatan jaminan kesehatan didominasi oleh orang-orang yang tingkat perekonomian sedang sampai tinggi.

Baca juga: 9 Langkah Mencegah Preeklampsia pada Ibu Hamil

Ibu dari kelompok terkaya memiliki peluang untuk melahirkan di rumah sakit 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan kelompok termiskin.

Sebagian besar kematian ibu terjadi di luar Provinsi Jawa dan Bali, khususnya pada daerah yang terpencil. Pemerintah, dalam periode 2020-2024, mengkalkulasi bahwa daerah tertinggal di Indonesia mencapai 62 kabupaten di beberapa provinsi luar Jawa dan Bali.

Jadi cukup jelas bahwa implementasi jaminan kesehatan di Indonesia tidak mampu mengatasi semua kesulitan akses pelayanan kesehatan dan hambatan transportasi.

Bagi perempuan di daerah terpencil, mereka harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup besar untuk menyewa kendaraan udara atau laut.

Solusi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa kematian ibu dapat diturunkan dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas sebelum, selama, dan setelah persalinan.

Skema pembiayaan menjadi faktor penting untuk meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Skema jaminan kesehatan seperti JKN menjadi angin segar bagi penurunan kematian ibu. Apalagi, JKN juga menjangkau kelompok miskin yang tergabung dalam JKN yang disubsidi pemerintah.

JKN memang sebuah solusi untuk menurunkan kesulitan berkaitan biaya pelayanan kesehatan. Namun jarak antara rumah dengan fasilitas kesehatan yang terlalu jauh dan buruknya sarana transportasi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, khususnya persalinan di tenaga kesehatan. Hal ini akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perempuan dari keluarga berpendapatan rendah.

Setiap tahun ada sekitar 4,7 juta kelahiran di Indonesia.

Tujuan jaminan kesehatan untuk menurunkan angka kematian ibu akan lebih terwujud jika diimbangi dengan upaya meminimalkan faktor yang menghambat aksesibilitas lainya.

Misalnya, pemerintah memberikan jaminan biaya perjalanan rujukan ibu hamil dari rumah ke rumah sakit atau Puskesmas. Proses yang dilalui untuk menuju fasilitas kesehatan tidak hanya berkaitan dengan transportasi.

Baca juga: Apakah Ibu Hamil Lebih Rentan Terinfeksi Covid-19? Ini Penjelasan CDC

Sehingga, walau sudah tersedia mobil ambulans, aksesibilitas masih dirasa susah karena biaya operasional lainya, seperti biaya makan bagi pendamping atau orang yang menemani saat bersalin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com