KOMPAS.com - Laporan penting para ilmuwan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) yang terbit awal bulan ini disebut Sekretaris Jenderal PBB António Guterres sebagai sebagai kode merah untuk kemanusiaan atau code red for humanity.
Dilansir dari Reuters, (9/8/2021), gelombang panas mematikan, angin topan raksasa, dan cuaca ekstrem lain yang sudah terjadi diperkirakan akan menjadi lebih parah.
Gangguan iklim ini diyakini akan terus berlangsung selama beberapa dekade atau mungkin beberapa abad.
Laporan IPCC itu menegaskan, dunia perlu mengambil langkah tegas, segera, dan skala besar untuk mengurangi emisi.
Hal ini harus dilakukan agar suhu rata-rata global tidak melewati ambang batas pemanasan 1,5 derajat Celsius dalam waktu 20 tahun.
Baca juga: Laporan PBB: Pemanasan Global Tak Terkendali karena Ulah Manusia
Kenaikan 1,5 derajat Celsius umumnya dipandang sebagai yang paling bisa diatasi umat manusia, tanpa menderita pergolakan ekonomi dan sosial yang meluas.
Namun, pemanasan global 1,1 derajat Celsius yang sudah terjadi saat ini nyatanya sudah cukup untuk melepaskan cuaca buruk yang menyiksa.
Jika kita berhasil mengurangi emisi dalam dekade berikutnya, suhu rata-rata masih bisa naik 1,5 derajat Celsius pada tahun 2040 dan mungkin jadi 1,6 derajat Celsius pada tahun 2060 sebelum akhirnya stabil.
Namun jika dunia tidak melakukan perubahan, suhu bisa meningkat sampai 2 derajat Celsius pada 2060 dan 2,7 derajat Celsius pada akhir abad ini.
Dilansir dari laman resmi NASA, dampak yang akan kita rasakan saat suhu global naik bervariasi dan tergantung pada banyak faktor seperti kecepatan, durasi, besarnya pemanasan, lokasi geografis, dan tentang bagaimana manusia merespons melalui opsi adaptasi dan mitigasi.
Suhu meningkat pada kecepatan yang berbeda di satu lokasi dan lainnya, dengan pemanasan umumnya lebih tinggi di wilayah daratan daripada lautan.
Berikut risiko terkait iklim yang dirasakan jika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celsius dan 2 derajat Celsius.