Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Kesehatan Masyarakat: Angka Kematian Covid-19 Tak Boleh Dihapus, Ini yang Harusnya Diperbaiki

Kompas.com - 11/08/2021, 13:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

 

"Ini kan menarik, cakupan vaksinasi yang sangat tinggi pada populasi muda dan melupakan populasi lansia ternyata bisa membawa masalah baru," ungkapnya.

Dia menjelaskan lebih lanjut, saat populasi muda yang sudah divaksin terinfeksi Covid-19, mereka akan mengalami gejala ringan atau tidak bergejala.

Seperti diketahui, vaksin yang ada saat ini tidak mencegah virus corona sepenuhnya. Namun jika individu yang sudah divaksin terpapar virus corona, mereka tidak akan mengalami gejala berat dan terhindar dari perawatan medis yang membutuhkan alat bantu pernapasan. Dengan kata lain, risiko kematian juga kecil.

"Menganggap remeh dan melakukan kontak erat pada populasi lansia yang berisiko dan belum divaksinasi akibatnya angka kematian di populasi lansia menjadi tinggi," jelas Irwandy.

Selain menunjukkan populasi yang harus diprioritaskan untuk mencegah kematian, kata Irwandy, indikator kematian juga dapat menunjukkan bagaimana kualitas sistem kesehatan kita bekerja.

Apakah angka kematian itu disebabkan oleh terlambat ditemukan atau terlambat ke rumah sakit, apakah karena karena sulit mendapatkan rumah sakit karena penuh, atau karena kualitas layanan RS kita yang buruk akibat terbatasnya obat, oksigen, tenaga, atau kesalahan penanganan, dan lainnya.

Dari hal tersebut, indikator kematian itu akan membantu kita semua - baik pemerintah, tenaga kesehatan, ilmuwan, dan masyarakat - untuk bisa sesegera mungkin mengambil langkah perbaikan.

"Pada intinya indikator ini sangat penting untuk diperhatikan dan tidak boleh dihilangkan," tegasnya.

Irwandy memberi gambaran terkait situasi ini dengan perumpamaan pesawat.

Jika ada panel indikator pada sebuah pesawat di dashboard pilot yang rusak atau tidak tepat, maka panel indikator tersebut harus diperbaiki sebelum terbang. Bukan dengan mematikannya atau tidak menggunakannya pada saat terbang.

Jika indikator tersebut dihilangkan, pesawat berisiko jatuh.

Sama dengan penanganan pandemi ini, jika indikator kematian tersebut dihilangkan maka sangat berbahaya.

"Jika alasannya karena kualitas data dan keterlambatan pelaporan, maka harusnya sistem manajemen data kita yang diperbaiki, bukan dengan menghilangkannya," ucap Irwandy tegas.

Baca juga: Tingginya Penularan Covid-19, Indonesia Berisiko Jadi Hotspot Varian Baru

Dia menilai, persoalan data ini memang sudah menjadi masalah sejak awal pandemi, dan telah hampir dua tahun pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota belum bisa menyelesaikannya.

"Saya kira persoalan data ini harus jadi prioritas dan dimasukkan dalam roadmap penanganan pandemi yang rencana akan dibuat atas instruksi perintah presiden Jokowi," ungkapnya.

"Kita tidak bisa mengambil keputusan yang tepat kalau tidak didukung oleh data yang akurat, lengkap, dan up to date."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com