Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisakah Burung Berpura-pura Terluka untuk Tipu Predator?

Kompas.com - 17/05/2024, 06:33 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada beberapa trik yang dimiliki oleh burung untuk mempertahankan diri dari predator.

Mereka bisa terbang, menyerang predator dengan cakar atau paruhnya yang mematikan, atau berkamuflase.

Baca juga: Burung Unta Punya Mata Terbesar di Antara Semua Hewan Darat

Tapi selain itu, ternyata beberapa burung memiliki kemampuan tidak biasa untuk lolos dari predator. Ini mereka lakukan dengan cara menipu para pemangsa tersebut.

Mengutip Science ABC, burung-burung tersebut dengan cerdik menggunakan tipu muslihat palsu dan berpura-pura cedera.

Salah satu burung yang menggunakan trik ini adalah burung Killdeer. Untuk mengakali predator yang hendak memangsanya, killder berpura-pura memiliki sayap yang patah.

Mereka melakukan trik itu supaya anak-anak mereka terbebas dari bahaya predator.

Saat melihat pemangsa, killdeer mulai menjauh dari sarangnya, bersuara nyaring sambil menyeret ekor serta sayapnya, seolah-olah terluka.

Perilaku ini terus berlangsung sampai burung merasa terasa berhasil menipu pemangsa.

Oystercatcher adalah spesies burung lain yang dikenal suka berpura-pura terluka.

Mereka mengeluarkan panggilan darurat dan bergerak cukup jauh dari lokasi sarangnya supaya mengikutinya yang berpura-pura terluka.

Saat cukup jauh dan pemangsa itu kehilangan jejak sarang burung, Oystercatcher akan berhenti berpura-pura terluka dan terbang menjauh.

Baca juga: Pasangannya Menghilang, Burung Liar Tertua di Dunia Dilaporkan Berpacaran Lagi

Mengapa pilih pura-pura cedera?

Ahli burung dan perilaku hewan telah lama bertanya-tanya mengapa burung berpura-pura terluka.

Berdasarkan pengamatan lebih lanjut dan penelitian yang lebih luas, ilmuwan melaporkan setidaknya sekitar 300 spesies burung melakukan taktik tersebut.

Peneliti menganalisis enam belas ciri berbeda dari spesies burung yang menunjukkan perilaku tersebut, termasuk ukuran tubuh, garis lintang berkembang biak, dan strategi penyembunyian sarang.

Dari perbandingan fitur-fitur ini, muncul sebuah pola. Spesies yang bersarang di lintang yang lebih tinggi lebih mungkin menunjukkan perilaku sayap patah dibandingkan spesies yang tinggal di daerah tropis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com