Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Masih Harus Sekolah Online, Begini Cara Mendampinginya di Rumah

Kompas.com - 15/07/2021, 20:05 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tahun ajaran 2021/2021 telah dimulai. Namun, sistem pembelajaran tatap muka seperti yang dilakukan sebelum masa pandemi Covid-19, belum bisa diberlakukan seutuhnya di semua wilayah Indonesia.

Hal ini dikarenakan lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk angka kematian akibat infeksi Covid-19 yang terus meningkat.

Bahkan, kasus infeksi Covid-19 pada anak-anak juga meningkat. Angka kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia menjadi yang tertinggi di dunia.

Baca juga: Anak Tunjukkan Gejala Covid-19, Segera Lakukan Tes Swab

Akibat pandemi ini, sejak tahun lalu anak-anak terpaksa harus sekolah dari rumah. Banyak video viral yang menunjukkan kesedihan anak-anak karena merindukan pembelajaran tatap muka di sekolah dan teman-temannya, hingga jenuh mengerjakan tugas yang kian menumpuk selama sekolah di rumah.

Dalam kondisi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) darurat dan juga larangan sekolah tatap muka yang masih berlaku, maka orangtua perlu berperan besar dan ikut andil untuk membantu anak-anaknya.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak dan Remaja RS Pondok Indah, Bintaro Jaya, dr Anggia Hapsari Sp.KJ(K) mengatakan, dari dahulu orangtua sangat berperan penting dalam mendidik anak, bahkan sebelum hingga nanti setelah pandemi Covid-19 berakhir.

Ditegaskan Anggia, pengasuhan anak merupakan hal yang menantang, bahkan pada saat keadaan baik-baik saja.

"Namun, di masa-masa sulit ini, penting bagi orangtua mengambil langkah-langkah untuk membantu diri Anda sendiri, anak Anda, dan seluruh keluarga Anda melalui situasi ini," kata Anggia dalam diskusi daring bertajuk Kesehatan Mental Anak dan Remaja di Masa Pandemi, Selasa (29/6/2021).

Lantas, apa yang bisa dilakukan orangtua selama masa sekolah online (daring) di rumah?

Anggia menyatakan, dalam kondisi seperti saat ini, orangtua perlu menjaga suasana hati (mood), dan menggunakan kesempatan untuk membangun bonding dengan anak.

Tidak hanya itu, ini juga waktunya untuk mengasah kreativitas dan menggali kecerdasan anak.

"Orangtua juga bisa melakukan manajemen waktu dan buat rencana kegiatan, serta komunikasi dengan orangtua lain dan guru," kata dia.

Berikut ini beberapa tips cara mendidik anak di masa pandemi Covid-19:

1. Ciptakan kebiasaan seperti sebelum Covid-19

Anggia memaparkan, saat pandemi, mau tidak mau anak lebih lekat dengan gadget (gawai). Hal ini jelas perlu dikontrol.

Caranya, dengan menciptakan kebiasan atau jadwal seperti yang dilakukan sebelum Covid-19 menyerang.

"Yang terpenting, orangtua ikut terlibat aktif saat anak-anak memegang gawai," ujarnya.

Sehingga, menghindarkan anak terbuai pada akun-akun yang menghadirkan konten negatif.

2. Asah kreativitas anak melalui dunia maya

Di era industri 4.0, dunia maya tidak bisa dilepaskan dari keseharian anak-anak. Hal itu pun bisa dimanfaatkan untuk mengasah kreativitas anak.

Contohnya, dengan mengajarkan anak vlog atau video blog, dan kreativitas lainnya yang mengedukasi tentunya.

Baca juga: Jangan Abaikan, 7 Efek Buruk Bermain Gadget dan Internet pada Anak-anak

 

Ilustrasi anak bermain gawai.PEXELS/JESSICA LEWIS Ilustrasi anak bermain gawai.
3. Pahami temperamen anak

Orangtua juga perlu memahami gaya perilaku anak dan cara anak untuk merespons sesuatu

"Jangan selalu menyalahkan kenapa anak tidak menurut, tapi pahami mereka karena setiap anak memiliki karakteristik atau temperamen yang berbeda-beda," kata dia.

Terkait hal itu, ada tiga tipe atau karakteristik temperamen anak yang perlu diketahui orangtua.

Pertama, Easy child.

Easy child disebutkan bagi anak yang memiliki mood yang baik, serta mereka yang cepat beradaptasi dengan rutinitas, suasana, dan pengalaman baru.

Dalam mengatasi anak dengan karakteristik seperti ini, Anggia menyarankan agara orangtua tetap berusaha untuk terlibat dan menunjukkan minat terhadap segala hal yang dilakukan anak. 

"Hindari sikap terlalu cuek, karena menganggap anak sudah bisa melakukan segala sesuatu sendiri," kata dia.

Dengan perangainya yang mudah beradaptasi dengan orang lain, orangtua juga harus mengenalkan batasan atau rambu-rambu mana yang boleh dan tidak boleh, ketika bertemu dengan orang asing.

Kedua, Slow to warm up child.

Anak dengan tipe kedua ini adalah mereka yang cenderung agak lebih sulit dan membutuhkan waktu beradaptasi, membutuhkan banyak dorongan, lebih sering menangis, dan biasanya sering diketakan sebagai anak pemalu.

"Dengan anak karakteristik ini, jangan memaksa anak untuk cepat akrab dengan orang lain," ujarnya.

Anda sebagai orangtua harus menghindari sikap overprotektif terhadap anak dengan karakteristik ini, dan upayakan memberi mereka waktu, sampai ia merasa nyaman dan anak bisa beradaptasi dengan sendirinya.

Ketiga, Difficult child.

Anak dengan karakteristik ini cukup sulit beradaptasi, tetapi ia bukan anak nakal. 

Anggia menjelaskan, anak difficult child hanya bingung terhadap perubahan.

Suasana hatinya cenderung negatif, sehingga mood-nya harus dijaga. Selain itu, anak dengan karakteristik ini sering dianggap sebagai anak susah diatur.

Anggia menegaskan, anak dengan karakteristik yang satu ini harus diberi dukungan sebanyak mungkin.

Pahami alasan anak ketika menunjukkan perilaku tertentu, karena anak tidak berperilaku dengan cara tertentu secara sengaja.

"Selalu sabar dalam menghadapi anak dengan karakteristik ini, sebab selalu saja ada tantangan ketika anak bertingkah," ucap dia.

Baca juga: IDAI: Sekolah Tatap Muka Boleh Kalau Infeksi Covid-19 pada Anak di Bawah 5 Persen

Perlu juga untuk konsisten dengan peraturan yang telah dibuat, karena anak dengan temperamen ini cukup kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan rutinitas. Terakhir, buatlah harapan yang realistis dengan kemampuan anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com