Indonesia dan Malaysia memiliki cakupan pelacakan genomik yang sangat rendah. Dalam situasi ini, sulit sekali untuk melakukan monitoring yang memadai atas varian-varian baru yang menyebar dan berkembangbiak di masyarakat.
Dengan cakupan yang sangat rendah, sementara sudah terdapat temuan varian Delta (varian baru dari India) dari sebagian besar kasus yang dikirimkan dari RSUD Kudus baru-baru ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa varian yang terbilang ganas ini sudah mengalami transmisi lokal yang luas.
Dari kasus beberapa negara tampak jelas bahwa vaksinasi adalah langkah paling efektif dalam menghentikan pandemi.
Hal ini terlihat dari turunnya kasus baru harian, kasus-kasus yang memerlukan rawatan rumah sakit (hospitalisasi), dan kasus kematian di negara-negara yang telah mencapai cakupan vaksinasi yang signifikan, meski negara-negara tersebut juga mendeteksi varian-varian baru.
Per 3 Juni 2021, delapan negara telah memvaksinasi lebih dari 50% populasinya untuk paling tidak 1 dosis vaksin: Israel (63%), Canada (60%), Inggris (59%), Chile (58%), Bahrain (57,6%), Mongolia (57%), Hungaria (54%), Amerika Serikat (50,6%).
Jika kita ambil contoh Inggris dan Amerika Serikat yang mengalami gelombang kasus, hospitalisasi dan kematian yang sangat tinggi pada awal 2021, kini menurun signifikan untuk ketiga parameter tersebut.
Padahal, hingga Maret 2021, varian B.1.1.7 terdeteksi dalam lebih dari 90% kasus terkonfirmasi positif di Inggris dan 35% kasus terkonfirmasi positif di Amerika Serikat.
Bahkan, data terbaru menunjukkan 75% dari kasus yang saat ini ditemukan di Inggris membawa varian Delta B.1617.2.
Pada 28 Mei 2021, Center for Disease Control (CDC) di Amerika Serikat mengeluarkan beberapa rekomendasi yang terbilang berani untuk mereka yang telah divaksinasi lengkap 2 dosis. Salah satunya, mereka mencabut kewajiban penggunaan masker, menjaga jarak dan karantina setelah bepergian dari luar negeri bagi mereka yang sudah divaksin 2 dosis.
Strategi Tes-Lacak-Isolasi adalah kunci pengendalian wabah dalam situasi apa pun.
Prinsip dari upaya ini adalah mendeteksi sebanyak mungkin dan secepat mungkin kasus yang berpotensi menjadi sumber penyebaran virus. Jika sudah terdeteksi, pasien dipisahkan dari masyarakat umum dan diberi perawatan medis jika diperlukan.
Pemerintah wajib memenuhi target WHO bahwa maksimum positivity rate 5% dan itu dijadikan penanda kecukupan jumlah tes. Jika positivity rate masih di atas 5%, artinya jumlah tes harus ditingkatkan.
Pada tingkat individu dan komunitas, kita wajib menegakkan 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilitas) agar dapat mengendalikan pandemi sementara cakupan vaksinasi belum optimal.
Pemerintah perlu terus meningkatkan upaya pengawasan dan pelacakan genomik untuk mendeteksi mutasi virus dan memonitor varian-varian virus yang beredar di tengah masyarakat.