Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P (K)
Dokter Spesialis Paru

Ketua Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Memperingati Hari Asma Sedunia: Menyibak 9 Mitos Asma yang Tak Perlu Dipercaya

Kompas.com - 05/05/2021, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

3. Mitos: Asma dapat sembuh atau hilang dengan sendirinya

Kenyataannya: Asma sering dianggap sebagai penyakit masa kanak-kanak yang hilang seiring bertambahnya usia.

Memang benar asma sering terjadi pada anak-anak. Di Amerika Serikat, sekitar 5,5 juta orang di bawah usia 18 tahun menderita asma.

Serangan asma juga lebih sering terjadi pada anak-anak. Meskipun begitu, asma tidak benar-benar hilang.

Penelitian membuktikan bahwa gejala asma dapat berubah atau menjadi lebih jarang dari waktu ke waktu, namun kondisinya tetap ada.

Kondisi yang dimaksud yakni hiperaktifitas saluran napas yang dapat menimbulkan penyempitan dan peradangan kronis.

Asma juga dapat terjadi pada orang dewasa yang tidak pernah mengalami gejala saat kecil, biasanya akibat paparan pemicu asma yang diterima terus-menerus atau dalam jangka waktu lama.

Baca juga: Emosi Bisa Memicu Asma Kambuh, Ini Penjelasan Ahli

4. Mitos: Steroid inhalasi yang digunakan untuk mengobati asma berbahaya

Kenyataannya: Steroid merupakan salah satu tatalaksana gold standard yang telah diakui secara global untuk menangani asma.

Tapi steroid mendapat reputasi buruk karena banyak orang berspekulasi bahwa kortikosteroid yang dihirup dapat menghambat pertumbuhan anak-anak atau menjadi kecanduan.

Banyak juga yang mengira bahwa steroid yang digunakan untuk tatalaksana asma sama dengan steroid anabolik yang digunakan untuk membangun otot.

Faktanya, steroid yang digunakan untuk tatalaksana asma adalah kortikosteroid yang sebenarnya mirip dengan hormon yang diproduksi oleh tubuh.

Kortikosteroid yang rutin digunakan juga merupakan kortikosteroid inhalasi, yakni metode hirup sehingga langsung menargetkan saluran napas, dosisnya sangat kecil dibandingkan dosis obat minum sehingga tidak melalui saluran cerna ataupun masuk ke dalam pembuluh darah.

Kortikosteroid inhalasi ini berfungsi untuk menekan peradangan yang terjadi pada asma. Penggunaan kortikosteroid inhalasi juga tentunya harus dalam pengawasan ketat dari dokter.

5. Mitos: Tidak aman bagi penderita asma untuk berolahraga

Kenyataannya: Olahraga dengan intensitas tinggi yang berlebihan adalah pemicu asma yang umum, sehingga tidak heran jika banyak orang percaya bahwa tidak aman untuk berolahraga atau berolahraga jika Anda menderita asma.

Tetapi asma bukanlah alasan untuk tidak menjalani gaya hidup sehat. Faktanya olah raga dengan intensitas yang sesuai, serta pasien menggunakan terapi pengendali yang dianjurkan oleh dokter parunya sesuai dengan dosis dan dengan cara yang tepat, maka proses peradangan yang menjadi dasar dari penyakit asma ini dapat dikendalikan.

Sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya, bahkan berolahraga dengan baik tanpa gangguan dan juga dapat membantu menurunkan kejadian serangan asma.

Olahraga untuk meningkatkan kesehatan paru-paru, seperti berenang, jalan ringan hingga jogging juga ditemukan terkait dengan peningkatan kualitas hidup dan gejala asma yang lebih sedikit.

Dalam sebuah studi tahun 2015, penderita asma yang berpartisipasi dalam aktivitas fisik selama waktu luang mereka hampir 2,5 kali lebih mungkin untuk menghindari serangan asma dibandingkan mereka yang tidak berolahraga.

David Beckham adalah contoh pemain sepak professional yang menderita asma. Paul Scholes rekan setimnya yang merupakan pemain berprestasi juga menderita asma.

Bahkan, penderita asma seperti Tom Dolan yang merupakan perenang sekalipun bisa menjadi peraih medali Olimpiade Internasional.

Jadi, penderita asma tidak boleh berolahraga hanyalah mitos belaka.

Baca juga: Kenapa Pasien Asma, Diabetes, dan Jantung Rentan Terinfeksi Corona?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com