Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Budhi Antariksa, Ph.D, Sp.P (K)
Dokter Spesialis Paru

Ketua Kelompok Kerja Asma dan PPOK, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Memperingati Hari Asma Sedunia: Menyibak 9 Mitos Asma yang Tak Perlu Dipercaya

Kompas.com - 05/05/2021, 08:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

6. Mitos: Suplemen makanan atau jamu-jamuan dapat membantu meringankan gejala asma

Kenyataanya: Tidak ada bukti bahwa nutrisi khusus membantu mengobati asma, menurut National Center for Complementary and Integrative Health.

Telah dilakukan penelitian terhadap berbagai herbal dan suplemen, namun tidak ada yang ditemukan dapat memperbaiki gejala asma.

Beberapa penelitian terdahulu (lebih dari 10 tahun lalu) menunjukkan bahwa suplemen kedelai dapat membantu meringankan gejala asma, namun penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association edisi Mei 2015 menyimpulkan bahwa hal tersebut tidak benar.

Bagi penderita asma, sangat disarankan untuk mengonsumsi diet seimbang dengan protein yang cukup.

Protein merupakan salah satu komponen gizi penting dalam imun tubuh seseorang, dan dapat mencegah seseorang terjangkit penyakit.

Seperti yang diketahui, beberapa penyakit infeksi seperti influenza (flu) dapat menyebabkan serangan asma.

Baca juga: Sebelum Meninggal, Didi Kempot Sempat Alami Code Blue Asma, Apa Itu?

7. Mitos: Obat asma berhenti bekerja seiring waktu

Kenyataannya: Obat asma ada beberapa jenis dan hanya akan memberikan efek yang maksimal serta efektif bila digunakan dibawah pengawasan dokter.

Obat asma pengontrol atau jangka panjang digunakan untuk mencegah terjadinya kekambuhan dan harus digunakan secara teratur.

Dosis obat asma pengontrol dapat berubah (menurun atau meningkat) sesuai dengan kondisi pasien dibawah pengawasan dokter.

Obat asma kerja cepat sifatnya sebagai pelega atau jangka pendek hanya digunakan bila terjadi serangan asma.

Dosis yang digunakan dan durasi penggunaan obat asma kerja cepat juga harus dibawah pengawasan dokter.

8. Mitos: Masker tidak aman untuk penderita asma

Kenyataannya: Anda mungkin pernah mendengar bahwa masker menyebabkan penumpukan karbon dioksida (CO2) yang berbahaya yang akhirnya Anda hirup.

Hal tersebut tidak benar, partikel CO2 sangat kecil sehingga mudah melewati masker bahkan masker pelindung khusus seperti N95.

Penelitian juga telah membuktikan bahwa penggunaan masker tidak menurunkan saturasi oksigen dalam darah.

Faktanya, semua penderita penyakit paru disarankan untuk memakai masker.

Menggunakan masker mungkin memang terasa tidak nyaman, namun penggunaan masker yang bersamaan dengan social distancing, serta menjaga kebersihan dapat melindung diri Anda dan orang lain dari terjangkit penyakit infeksius yang dapat memicu serangan asma.

Baca juga: Mengapa Wanita Lebih Sering Mengidap Asma? Sains Menjelaskan

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com