Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPOM Eropa Temukan Hubungan Vaksin AstraZeneca dan Pembekuan Darah

Kompas.com - 07/04/2021, 13:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com- Laporan badan pengawas obat (BPOM) Eropa, Europe Medicines Agency (EMA) menemukan hubungan pembekuan darah langka pada otak dan vaksin AstraZeneca.

Kendati demikian, menurut pejabat senior EMA, dari hasil tinjauan tersebut, masih belum diketahui penyebabnya.

Dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (7/4/2021), EMA mengatakan bahwa peninjauan laporan pembekuan darah vaksin AstraZeneca sedang berlangsung.

Diharapkan hasil temuan tersebut dapat diumumkan pada Rabu atau Kamis, pekan ini.

"Menurut saya, sekarang bisa kita katakan, jelas ada kaitan (penggumpalan darah otak) dengan vaksin. Namun, kami masih belum tahu apa yang menyebabkan reaksi ini," kata Marco Cavaleri, ketua tim evaulasi vaksin di EMA, kepada harian Italia Il Messagero.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah, Kondisi Apa Itu?

 

Cavaleri tidak memberikan bukti untuk mendukung komentarnya.

Kendati demikian, EMA telah berulang kali mengatakan bahwa manfaat suntikan vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya.

Hal itu berdasarkan hasil penyelidikan BPOM Eropa terhadap 44 laporan penyakit pembekuan darah pada otak yang sangat langka yang dikenal sebagai trombosis sinus vena serebral (CVST), dari 9,2 juta orang di European Economic Area yang telah menerima vaksin AstraZeneca.

Bahkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mendukung pernyataan EMA tersebut, terkait manfaat vaksin AstraZeneca.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Sebabkan Pembekuan Darah, Tidak Ada Bukti yang Ditemukan

 

Sebelumnya, AstraZeneca mengatakan bahwa studi terhadap vaksinnya, tidak menemukan risiko penggumpalan darah yang lebih tinggi.

Cavaleri mengatakan EMA akan mengatakan peninjauannya bahwa ada hubungan antara pembekuan darah dan vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Akan tetapi, tidak mungkin memberikan indikasi pada minggu ini mengenai usia individu yang harus diberi suntikan vaksin AstraZeneca.

Akibat laporan pembekuan darah langka pada otak pasca-vaksinasi vaksin tersebut, beberapa negara, termasuk Perancis, Jerman, dan Belanda, telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca pada orang muda, sementara penyelidikan BPOM Eropa terus berlanjut.

Baca juga: WHO Masih Selidiki Kasus Pembekuan Darah Vaksin AstraZeneca

Ilustrasi vaksin Oxford-AstraZeneca yang dinamai AZD1222. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University dan AstraZeneca untuk melawan infeksi virus corona.SHUTTERSTOCK/rafapress Ilustrasi vaksin Oxford-AstraZeneca yang dinamai AZD1222. Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Oxford University dan AstraZeneca untuk melawan infeksi virus corona.

Menanggapi komentar Cavaleri, EMA yang berbasis di Amsterdam, Belanda mengatakan dalam sebuah pernyataan, Selasa (6/4/2021), "Komite Penilaian Risiko Farmakovigilans (PRAC) EMA belum mencapai kesimpulan dan peninjauan (dari tautan yang mungkin) saat ini sedang berlangsung,".

Pekan lalu, EMA juga mengatakan bahwa tinjauannya saat ini belum mengidentifikasi faktor risiko spesifik, seperti usia, jenis kelamin atau riwayat medis gangguan pembekuan darah sebelumnya, terkait kejadian yang sangat langka ini.

Hubungan kausal dengan vaksin tidak terbukti, tetapi menurut EMA, mungkin diperlukan analisis lebih lanjut.

Proporsi yang tinggi di antara kasus efek samping vaksin AstraZeneca yang dilaporkan memengaruhi wanita muda dan paruh baya, tetapi itu tidak membuat EMA menyimpulkan bahwa kelompok ini berisiko mengalami efek dari suntikan vaksin Covid-19 tersebut.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca Efektif pada Varian Corona Brasil, Studi Oxford Jelaskan

 

Terkait temuan pembekuan darah langka pada otak, para ilmuwan sedang menjajaki beberapa kemungkinan yang dapat menjelaskan kondisi tersebut, setelah individu menerima suntikan vaksin Covid-19 AstraZeneca.

Peneliti Eropa telah mengajukan satu teori bahwa vaksin memicu antibodi yang tidak biasa dalam beberapa kasus yang jarang terjadi.

Akan tetapi banyak ilmuwan mengatakan tidak ada bukti pasti dan tidak jelas apakah atau mengapa vaksin AstraZeneca dapat menyebabkan masalah atau efek samping yang tidak dimiliki oleh vaksin Covid-19 lain.

Padahal, vaksin yang dikembangkan berbasis adenovirus simpanse ini, menargetkan bagian serupa dari virus corona.

Vaksin AstraZeneca didasarkan pada vektor adenovirus simpanse yang dimodifikasi, ChAdOx1, yang dikembangkan di University of Oxford. Peluncuran vaksin saat ini merupakan penggunaan pertama dari vaksin vektor virus dalam skala global.

Baca juga: Vaksin AstraZeneca, Benarkah Ada Risiko Pembekuan Darah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com