Akan tetapi, angin horizontal terjadi baik dari updraft yang berputar. Contohnya seperti badai petir supercell, atau dari angin horizontal lingkungan sekitarnya.
Hujan es juga tidak tumbuh dari ketinggian hingga puncak badai.
Pada ketinggian yang sangat tinggi, udaranya cukup dingin (di bawah -40 ° F) sehingga semua air cair akan membeku menjadi es, dan hujan es membutuhkan air cair untuk tumbuh hingga ukuran yang cukup besar.
Hujan es turun saat hujan menjadi cukup berat untuk mengatasi kekuatan aliran udara badai petir dan ditarik ke arah bumi oleh gravitasi.
Es yang lebih kecil dapat terhempas dari updraft oleh angin horizontal, sehingga hujan es yang lebih besar biasanya jatuh lebih dekat ke updraft daripada hujan es yang lebih kecil.
Baca juga: Hujan Es Guyur Magelang, Kok Bisa Terjadi?
Apabila angin di dekat permukaan atau di daratan cukup kuat, maka hujan es dapat turun dalam posisi miring.
Dengan dorongan yang kuat, angin yang menghempas bongkahan-bongkahan es yang turun akan dapat menyebabkan beberapa hal berikut:
Kecepatan jatuhnya hujan es tergantung pada ukuran hujan es, gesekan antara hujan es dan udara di sekitarnya, kondisi angin setempat (baik horizontal maupun vertikal), dan tingkat leleh batu es tersebut.
Baca juga: 4 Fakta Menarik Seputar Hujan Es
Penelitian menunjukkan bahwa, hujan es alami turun lebih lambat daripada bola es padat. Untuk hujan es kecil (diameter kurang dari 1 inci), kecepatan jatuh yang diperkirakan adalah antara 9 dan 25 mph.
Untuk hujan es yang biasanya terlihat dalam badai petir yang parah (diameter 1 inci hingga 1,75 inci), kecepatan jatuh yang diperkirakan adalah antara 25 dan 40 mph.
Jika dilihat dari udara, terbukti bahwa hujan es turun di jalur yang dikenal sebagai petak hujan es.
Hal ini terjadi saat badai bergerak saat hujan es turun dan ukurannya berkisar dari beberapa hektar hingga area selebar 10 mil dan panjang 100 mil.
Baca juga: Puting Beliung dan Hujan Es di OKU Selatan, Wilayah Ini Harus Waspada