Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Hujan Es Terbentuk dan Apa Dampaknya?

Kompas.com - Diperbarui 21/02/2022, 17:04 WIB
Dea Syifa Ananda,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Beberapa badai, alih-alih menghasilkan hujan es yang besar, malah menghasilkan hujan es dalam jumlah yang banyak.

Badai seperti ini telah menghasilkan aliran hujan es yang jika tertangkap di saluran drainase yang tersumbat dapat membentuk tumpukan hujan es sedalam beberapa meter.

Hujan es yang benar-benar menutupi jalan raya sangat berbahaya karena jika cukup dalam, ban kendaraan Anda mungkin tidak dapat menyentuh jalan sama sekali.

Hujan es di Yogyakarta melanda wilayah Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, pada Rabu (3/3/2021). Saat fenomena itu terjadi, hujan lebat dan disertai angin kencang terjadi bersamaan.

Baca juga: Fenomena Hujan Es di Yogyakarta, Apa Penyebabnya?

Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reny Kraningtyas dalam siaran persnya, hujan es bersifat sangat lokal dengan radius sekitar 2 km. 

Hujan es ini terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb).

"Hujan es adalah fenomena alam yang biasa terjadi bersamaan saat hujan lebat," kata Reny.

Saat kondisi udara hangat, lembab dan labil, kata Reny, maka pengaruh pemanasan bumi yang intens akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atmosfer. 

Baca juga: Hujan Es di Bandung, Kenapa Bisa Terjadi dan Apa Bedanya dengan Salju?

Selanjutnya, sampai di atmosfer, massa udara tersebut akan mengalami pendinginan. Setelah terjadi kondensasi, maka akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).

Ketika awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, maka hujan lebat akan turun disertai es.

Bongkahan es yang turun ini lalu bergesekan dengan udara, sehingga mencair dan saat sampai ke permukaan tanah ukuran bongkahan es tersebut akan lebih kecil.

Reny menjelaskan bahwa ke depan potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba pada April mendatang.

Baca juga: Hujan Es di Sydney Berbentuk Kembang Kol, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com