Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/04/2024, 11:00 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Apa hal ikonik yang langsung terlintas dalam perhatian saat melihat Pluto?

Ya, itu adalah pola berbentuk hati yang sering dikenal dengan sebutan Tombaugh Regio.

Baca juga: Seperti Apa Permukaan Pluto?

Namun, bagaimana pola hati itu tersebut terbentuk masih merupakan salah satu misteri dari planet katai tersebut.

Tapi kini, peneliti mengatakan bahwa mereka telah menemukan skenario yang paling mungkin dari terbentuknya pola itu.

Skenario yang dimaksud yakni pola hati terbentuk lantaran tabrakan purba dengan benda planet yang lebarnya kurang lebih 644 km.

Istilah ilmiah dari peristiwa yang terjadi itu kemudian menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di Nature Astronomy disebut sebagai percikan.

Mengutip Science Alert, Rabu (17/4/2024) astronom Universitas Arizona Adeene Denton yang juga penulis studi mengatakan pembentukan pola hati ini memberikan wawasan penting menuju periode paling awal dalam sejarah Pluto.

"Dengan memperluas penyelidikan kami untuk mencakup skenario pembentukan yang tidak biasa, kami telah mempelajari beberapa kemungkinan baru bagi evolusi Pluto," ungkap Denton.

Dalam studi baru ini, peneliti fokus pada bagian barat pola hati, yang berbentuk tetesan air mata selebar sekitar 1600 km yang disebut Sputnik Planitia.

Wilayah tersebut mengandung bermacam-macam es dan ketinggiannya kira-kira 4 km lebih rendah dibandingkan wilayah Pluto lainnya. Ini merupakan dampak yang sangat besar.

Baca juga: Berapa Lama Satu Hari di Pluto?

“Sementara sebagian besar permukaan Pluto terdiri dari es metana dan turunannya, menutupi kerak es air, Planitia sebagian besar dipenuhi dengan es nitrogen yang kemungkinan besar terakumulasi dengan cepat setelah tumbukan karena ketinggian yang lebih rendah,” kata penulis utama studi tersebut, Harry Ballantyne.

Sedangkan, bagian timur jantung ditutupi oleh lapisan es nitrogen yang serupa namun jauh lebih tipis.

Peneliti kemudian melakukan berbagai macam simulasi komputer yang mencerminkan berbagai ukuran dan komposisi benda yang terkena dampak tumbukan, pada kecepatan dan sudut pendekatan yang berbeda.

Nah, analisis tersebut akhirnya dapat membantu peneliti mengetahui bagaimana pola hati terbentuk.

Hasilnya, ada objek selebar 644 km yang terdiri dari 15 persen batuan, datang dengan sudut 30 derajat dan menghantam Pluto dengan kecepatan yang relatif rendah.

Berdasarkan parameter tersebut, objek tersebut akan menembus permukaan Pluto dengan percikan.

Bentuk yang dihasilkan tidak akan terlihat seperti kawah tumbukan pada umumnya. Sebaliknya, itu akan terlihat seperti tetesan air mata yang terang dan sedingin es.

Sebelumnya, peneliti menyebut skenario dari terbentuknya pola hati adalah karena adanya keberadaan lautan dalam di bawah permukaan Pluto.

Baca juga: Mengapa Pluto Tidak Lagi Disebut sebagai Planet?

Lebih lanjut peneliti mengatakan mereka akan melanjutkan studi untuk memodelkan sejarah geologi Pluto dan bagaimana model tersebut mungkin dapat diterapkan pada objek lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com