Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulih Covid-19, Airlangga Hartarto Donasikan Plasma Konvalesen, Apa Itu?

Kompas.com - 19/01/2021, 16:15 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis


KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendonasikan plasma konvalesen setelah pulih dari Covid-19.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (18/1/2021), donasi plasma konvalesen itu dilakukan Airlangga Hartarto di Markas Palang Merah Indonesia (PMI), Jakarta, kemarin.

Plasma konvalesen umumnya diambil dari orang yang pernah menderita suatu penyakit atau mereka yang pernah dirawat dan sembuh dari Covid-19.

Lantas, apa itu plasma konvalesen?

Saat ini, plasma konvalesen disebut-sebut menjadi pengobatan yang paling memungkinkan untuk membantu memulihkan kesehatan pasien Covid-19.

Baca juga: Amerika Serikat Izinkan Pengobatan Covid-19 dengan Plasma Konvalesen, Begini Cara Kerjanya

 

Seiring dengan semakin meningkatnya angka kasus Covid-19 di Indonesia, beragam pengobatan dikerahkan untuk membantu memulihkan kondisi pasien Covid-19, terutama yang memiliki sakit parah.

Vaksin Covid-19 sudah mulai disuntikkan pada sejumlah orang untuk mencapai kekebalan populasi dalam melawan pandemi Covid-19.

Kendati telah ada vaksin yang dapat membantu mencegah infeksi penyakit ini, tetapi bagi mereka yang telah terinfeksi obat khusus untuk Covid-19, hingga saat ini belum ada.

Pertengahan tahun 2020, terapi plasma konvalesen mulai diuji dan coba diterapkan sebagai metode alternatif pengobatan penyakit baru ini.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Sebelum Vaksinasi, Plasma Darah Senjata Melawan Pandemi sejak 1880-an

 

Terapi plasma konvalesen ternyata bukan metode pengobatan baru, meski kini makin dikenal sejak pandemi virus corona mewabah.

Plasma konvalesen adalah plasma darah yang diambil dari pasien yang telah sembuh dari penyakit.

Seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (26/8/2020), metode pengobatan menggunakan plasma darah telah digunakan untuk melawan berbagai penyakit dan pandemi flu yang mewabah pada tahun 1918.

Dari tahun 1880-an hingga era ditemukannya antibiotik, plasma konvalesen telah mulai digunakan untuk mengobati berbagai infeksi pada manusia, baik yang disebabkan oleh bakteri maupun virus.

Barak yang diperuntukkan penderita flu Spanyol di Camp Funston, Kansas, 1918.Otis Historical Archives, National Museum of Health and Medicine Barak yang diperuntukkan penderita flu Spanyol di Camp Funston, Kansas, 1918.

Plasma konvalesen terapi sejak flu Spanyol

Pendekatan rasional pertama yakni pada tahun 1890 dilakukan oleh ahli fisiologi Emil von Behring dan Kitasato dalam mengobati penyakit difteri.

Kedua ilmuwan ini menemukan bagaimana antibodi pada hewan dapat membentuk kekebalan.

Dikutip dari jurnal National Center for Biotechnology Information (NCBI), von Behring menggunakan serum darah atau plasma darah yang awalnya diproduksi dari hewan yang diimunisasi.

Akan tetapi, seluruh serum darah dari donor pulih dengan kekebalan humoral tertentu diidentifikasi sebagai sumber antibodi spesifik yang berasal dari manusia.

Berkat metode perawatan yang disebutnya sebagai antitoksin difteri, von Behring diganjar Hadiah Nobel pertama di bidang fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1901, dikutip dari History.

Baca juga: Plasma Konvalesen untuk Pengobatan Covid-19, Begini Syarat Jadi Donor

 

Antitoksin von Behring bukanlah vaksin, tetapi merupakan contoh paling awal metode pengobatan yang kemudian dikenal sebagai plasma pemulihan atau plasma konvalesen.

Di tengah pandemi virus corona yang telah hampir setahun lebih mewabah dan menginfeksi lebih dari 92 juta orang di seluruh dunia, pengobatan ini kembali dibangkitkan untuk memulihkan pasien Covid-19, terutama mereka yang sakit parah.

"Plasma darah yang sembuh (plasma konvalesen) telah digunakan sepanjang sejarah saat menghadapi penyakit menular, di mana ada orang yang pulih dan tidak ada terapi lain," kata Warner Greene, Direktur Pusat Penelitian Penyembuhan HIV di Gladstone Intitutes.

Terapi plasma konvalesen juga menjadi salah satu metode pengobatan yang berhasil dilakukan pada masa pandemi flu Spanyol.

Baca juga: Uji Klinik Terapi Plasma Konvalesen Indonesia Sudah Fase 2-3, Apa Targetnya?

Pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Palembang, Sumatera Selatan, Senin (18/1/2021). Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menargetkan sebanyak 5.000 orang pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesennya dalam satu bulan untuk menekan angka kematian akibat pandemi. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.
ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI Pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesen di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Palembang, Sumatera Selatan, Senin (18/1/2021). Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menargetkan sebanyak 5.000 orang pasien sembuh COVID-19 mendonorkan plasma konvalesennya dalam satu bulan untuk menekan angka kematian akibat pandemi. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.

Gerakan donasi plasma konvalesen

Kendati metode pengobatan yang relatif baru, dan bagi sains ini juga bukan sesuatu yang baru, tetapi plasma konvalesen disebut menjadi terapi yang sangat penting bagi pasien Covid-19 saat ini.

Ketua Umum PMI Jusuf Kalla mengajak penyintas Covid-19 untuk mendonasikan plasma konvalesen demi mengurangi penyebaran penyakit ini di Indonesia.

"Saya gembira pemerintah mencanangkan gerakan nasional (donasi plasma konvalesen). Artinya, semua pihak harus bersama-sama. Hanya itu cara untuk mengurangi," ujar Kalla dalam acara Pencanangan Gerakan Nasional Pendonor Plasma Konvalesen, seperti diberitakan Kompas.com, Senin (18/1/2021).

Baca juga: Plasma Konvalesen Akan Jadi Terapi Corona Berat, Ini Syarat Donor hingga Pasiennya

 

Kalla mengatakan, setiap penyintas yang mendonasikan plasma konvalesen mempunyai sumbangsih besar terhadap kehidupan.

Untuk itu, Kalla memastikan bahwa keamanan plasma konvalesen ketika sudah di tangan PMI benar-benar terjamin.

Mengingat, sejauh ini plasma konvalesen juga telah menjadi obyek penelitian lembaga Eijkman Institute yang telah menjalin kerja sama dengan PMI.

"Jadi para donor (plasma konvalesen) jangan khawatir bahwa ini selalu diteliti Eijkman (Eijkman Institue). PMI secara resmi mengadakan MoU untuk penelitian ini," jelas Kalla.

Baca juga: Antibodi dari Plasma Darah Pasien Corona Efektif Deteksi Covid-19, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com