KOMPAS.com - Sistem kekebalan adalah garis pertahanan utama tubuh kita ketika menghadapi ‘penyusup’, seperti infeksi virus atau bakteriyang dapat membuat kita sakit.
Jika diibaratkan, sistem kekebalan ini adalah pasukan perkasa yang selalu siaga memertahankan istananya.
Ada beberapa hal yang bisa membantu meningkatkan sistem kekbalan tubuh, seperti mengonsumsi makanan seat dengan gizi seimbang, berolahraga teratur, hingga tidur cukup waktu.
Baca juga: Jangan Spelekan, Stres Selama Kehamilan Berefek Buruk pada Otak Bayi
Di sisi lain ada juga hal-hal yang bisa melemahkan sistem kekebalan. Salah satunya adalah stress.
Banyak orang menganggap sepele dan mengabaikan stress, padahal jika stres terjadi dalam waktu lama, sistem kekebalan akan semakin terganggu.
Berikut ini cara stress melemahkan sistem kekebalan, yang selanjutnya bisa membuat kita mudah terserang penyakit.
Kortisol, hormon penting yang diproduksi tubuh kita untuk mengatur diri sendiri. Saat stres kronis, tubuh akan memproduksi hormon kortisol lebih banyak.
Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam risiko kesehatan, tetapi sistem kekebalan terlalu lemah untuk melawannya.
Menurut ulasan sebuah penelitian Juni 2014 yang diterbitkan di Age, glukokortikoid, yang merupakan produk sampingan dari stres, dapat memperlambat produksi sel B dan sel T, komponen seluler utama dari sistem kekebalan.
"Jangan pernah meremehkan kekuatan pikiran yang tenang untuk meredakan gejala penyakit yang kita derita," kata J. Allen Meadows, MD, ahli alergi dan presiden American College of Allergy, Asma and Immunology.
Meadows mengatakan, kortisol sebenarnya diproduksi tubuh setiap hari untuk mengatur berbagai hal, termasuk respons lari atau melawan ketika menghadapi bahaya.
Tetapi, ketika kortisol dipompa ke dalam darah pada tingkat tinggi untuk waktu yang lama, tubuh harus menyesuaikan dengan jumlah ekstra tersebut.
Pada gilirannya, hal itu akan meningkatkan risiko terjadinya peradangan pada tubuh dan melemahkan sistem kekebalan.
Baca juga: Stres Bisa Meningkatkan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes, Kok Bisa?