Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/01/2021, 12:09 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Para ilmuwan bakal dapat memahami seutuhnya fenomena tsunami yang melanda Palu dan sekitarnya di Sulawesi Tengah pada 28 September 2018, berkat temuan terbaru di dasar laut.

Temuan yang didapat dari survei di pesisir pantai Kota Palu menunjukkan penurunan dasar laut secara signifikan setelah gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang kawasan itu.

Hal ini amat mungkin turut menyebabkan air bergerak secara tiba-tiba yang kemudian menerjang daratan.

Lebih dari 2.000 orang kehilangan nyawa mereka setelah gempa dan tsunami menerpa Palu dan sekitarnya. Saat itu, para peneliti mengaku cakupan gelombang tersebut mengejutkan mereka.

Baca juga: Peneliti Dunia Bikin Rekonstruksi Tsunami Palu, Apa Artinya Bagi Indonesia?

Namun, hasil awal dari berbagai investigasi yang dikumpulkan di pertemuan Persatuan Geofisika Amerika di Washington DC pada 10-14 Desember perlahan mengungkap fenomena ini.

Gempa terjadi pada patahan sesar geser (strike-slip fault), di mana dua lempengan bumi berbenturan dan salah satu lempeng terus bergeser secara horisontal. Konfigurasi ini umumnya tidak dikaitkan dengan tsunami besar.

Akan tetapi, inilah yang terjadi pada 28 September 2018 menjelang maghrib.

Tsunai Palu. Para ilmuwan mencari jawaban atas fenomena tsunami di dasar lautan.BPPT/BBC Indonesia Tsunai Palu. Para ilmuwan mencari jawaban atas fenomena tsunami di dasar lautan.

Dua gelombang besar terpantau dan yang terakhir merupakan gelombang terbesar, menjangkau daratan sejauh hampir 400 meter.

Udrekh Al Hanif, dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengatakan kepada pertemuan Persatuan Geofisika Amerika bahwa sumber tsunami semestinya berjarak sangat dekat dengan Kota Palu mengingat interval antara gempa dan ketibaan gelombang besar hanya berkisar kurang dari tiga menit.

Tsunami Palu. Para ilmuwan mendapati dasar lautan di perairan dekat Palu anjlok setelah gempa.BPPT/BBC Indonesia Tsunami Palu. Para ilmuwan mendapati dasar lautan di perairan dekat Palu anjlok setelah gempa.

Dia dan rekan-rekannya berupaya mencari jawabannya pada peta kedalaman laut (bathymetric) di teluk sempit yang mengarah ke Palu.

Tim tersebut masih berupaya menemukan hasil-hasilnya, namun data mengindikasikan dasar laut di sebagian teluk merosot akibat gempa.

Kejadian ini, digabungkan dengan gerakan lempeng secara tiba-tiba ke arah utara, hampir dipastikan menimbulkan tsunami, kata Udrekh.

"Ketika kami mencocokkan data bathymetric sebelum dan sesudah (tsunami), kami bisa melihat bahwa hampir semua bagian dasar laut di dalam teluk menjadi anjlok. Dan dari data ini, kami juga bisa memantau (pergerakan) ke utara. Dengan demikian, sebenarnya, ada pergeseran vertikal dan horisontal," kata Udrekh Al Hanif kepada BBC.

Apakah fenomena ini cukup menjelaskan ukuran tsunami, masih dipertanyakan.

Sebab bukti pada data menunjukkan adanya beberapa longsor bawah air. Ini juga dapat menjadi faktor penentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com