Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 01/12/2020, 18:02 WIB


KOMPAS.com- Penelitian terhadap 10 pasien Covid-19 dilakukan para peneliti di Oxford University. Mereka mengamati organ paru-paru yang mengalami kerusakan parah akibat infeksi penyakit tersebut.

Anehnya, kerusakan pada paru-paru tersebut tidak terdeteksi dengan CT scan atau pemindaian konvensional.

Dilansir dari BBC News, Selasa (1/12/2020), kerusakan paru-paru itu ditemukan setelah peneliti menggunakan teknik pemindaian baru dengan menggunakan gas yang disebut Xenon selama pemindaian menggunakan MRI.

Teknik pemindaian tersebut akan membuat gambar yang menunjukkan kerusakan pada paru-paru.

Baca juga: Rusaknya Paru-paru Korban Virus Corona Jelaskan Misteri Long Covid

 

Melalui studi ini, peneliti mengungkapkan bahwa Covid-19 dapat menyebabkan kelainan pada paru-paru dan itu masih bisa dideteksi lebih dari tiga bulan setelah pasien terinfeksi.

Pakar paru-paru di universitas ini mengatakan bahwa tes yang dapat mendeteksi kerusakan jangka panjang akan membuat perbedaan besar bagi pasien Covid-19.

Teknik Xenon yang digunakan dapat melihat bagaimana pasien menghirup gas selama pemindaian magnetic resonance imaging (MRI).

Prof Fergus Gleeson, yang memimpin studi ini mencoba teknik pemindaian tersebut pada 10 pasien berusia antara 19 dan 69 tahun.

Baca juga: Paru-paru Mini Bantu Ilmuwan Pelajari Virus SARS-CoV-2 sampai Uji Obat Covid-19

 

Dia mengungkapkan delapan dari 10 pasien tersebut mengalami sesak napas dan kelelahan yang terus-menerus selama tiga bulan setelah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Kendati demikian, di antara pasien tersebut tidak ada yang dirawat dengan perawatan intensif atau memerlukan ventilator. Bahkan, selama pemindaian konvensional, pasca-Covid tidak ditemukan masalah pada organ paru mereka.

Pada delapan pasien yang mengalami sesak napas, pemindaian menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan paru-paru. Pemindaian tersebut difokuskan pada area di mana udara tidak mengalir dengan mudah dalam darah.

Hasil studi kecil ini mendorong Prof Gleeson untuk menindaklanjuti penelitian selanjutnya dengan uji coba yang ditargetkan pada 100 orang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+