Orang cenderung tidak percaya pada sesuatu yang tidak terlihat. Bagus mengatakan virus corona adalah sesuatu yang tidak terlihat.
"Bagaimana virus corona ini menginfeksi dan memengaruhi, tidak bisa dilihat langsung," kata Bagus.
Bahkan, dalam riset, peneliti menggunakan metode tertentu untuk menyimpulkan dan menjelaskan virus memengaruhi gejala tertentu pada tubuh.
Hal itu dibutuhkan pemahaman yang luas dan keahlian khusus, namun ada orang yang percaya dan tidak percaya.
Baca juga: Benarkah Mutasi Membuat Virus Corona Lebih Menular, Ini Kata Peneliti
"Tergantung pada seberapa kuat informasi tentang virus corona ini menggugah emosi orang," jelas dia.
Bagus mengungkapkan orang cenderung tidak percaya pada hal-hal yang tidak terlihat. Namun, kalau itu terkait dengan emosi, maka kemungkinan orang akan percaya.
"Jadi virus (corona) itu seperti mengalami hal-hal gaib. Kita kan, punya pengalaman dalam sejarah peradaban manusia, yakni terkait tentang mitos," ungkap Bagus.
Mitos, kata dia, dipercayai bukan karena faktanya. Melainkan dipercaya karena menggugah emosi orang.
Baca juga: Studi Buktikan, Mayoritas Kasus Corona Berasal dari Superspreader
Apabila mitos yang tersebar tidak menggugah emosi seseorang, maka orang tidak akan percaya.
Sebaliknya, jika dianggap relevan dan menggugah emosi, orang dapat saja mempercayainya.
"Virus corona juga begitu, karena tidak terlihat. Karena virus sesuatu yang tidak terlihat, maka orang tidak mudah percaya," jelas Bagus.