KOMPAS.com- Penurunan angka populasi serangga, disebutkan menjadi pertanda sudah dekatnya kiamat bagi kehidupan serangga di alam.
Hal ini disampaikan oleh Djunijanti Peggie selaku Peneliti Laboratorium Entomologi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Menurut Peggie, ia sangat setuju jika saat ini disebut dengan status kiamat dan sangat mengkhawatirkan.
"Status kiamat serangga ini memang nyata dan sangat mengkhawatirkan," kata Peggie dalam situs resmi LIPI, Jumat (5/6/2020).
Baca juga: Serangga Diambang Punah, Apa Dampaknya bagi Manusia?
Status kiamat serangga ini, kata dia, sangat berkaitan dengan jumlah penurunan serangga dan sudah saatnya setiap individu berkontribusi untuk menekan laju penurunan serangga yang terjun bebas.
Berdasarkan data, saat ini baru 20 persen serangga dari 5,5 juta serangga di dunia yang teridentifikasi. Tersisa 80 persen dari populasi tersebut dan jumlahnya terus berkurang.
Sementara, laporan Caspar Hallman dari Radboud University Belanda pada tahun 2017, menemukan bahwa populasi serangga terbang di cagar alam Jerman menurun lebih dari 75 persen selama 27 tahun terakhir.
Baca juga: Krisis Iklim Bikin Serangga Penyerbuk di Ekosistem Indonesia Terancam
Bahkan ilmuwan dari Australia, Bayo dan Wyckhuys melaporkan penurunan serangga tetap terjadi meskipun di kawasan cagar alam yang masih belum terjamah.
Sedangkan, di Indonesia pendataan terhadap serangga ini masih terus dilakukan oleh Kehati dan LIPI, yang diperkirakan jumlahnya juga terus menurun.
Peggie mengatakan untuk menemukan serangga yang tidak masuk dalam kategori hampir punah dan langka serta bukan endemik suatu wilayah pun saat ini sudah cukup sulit.
Apalagi mencari jenis serangga yang memang sudah masuk dalam kategori dilindungi karena hampir punah, langka atau endemik suatu wilayah.