Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/04/2020, 19:30 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

KOMPAS.com - Berapa kali Anda mencari tahu tentang gejala virus corona di Google belakangan ini? Apakah Anda mencarinya karena merasa sakit, seperti mengalami batuk dan bersin-bersin?

Pencarian Anda tentang virus corona ketika merasa sakit ternyata bisa menjadi data kesehatan penting bagi para peneliti.

Dalam artikel opini yang dimuat di The New York Times, Minggu (5/4/2020); data scientist Seth Stephens-Davidowitz menulis bahwa data tren pencarian di Google bisa digunakan untuk mendeteksi wabah Covid-19 tersembunyi, khususnya di daerah-daerah dengan infrastruktur pengetesan yang kurang memadai.

Pasalnya, seperti yang telah ditemukan oleh tim peneliti komputer gabungan dari berbagai institusi, termasuk University College London Harvard Medical School; peningkatan pencarian tentang gejala Covid-19 di Google bertepatan dengan munculnya lokasi baru wabah Covid-19 di berbagai negara.

Baca juga: Khawatir Terinfeksi Corona, Ini 11 Cara agar Tidak Tertular Covid-19

Sebagai contoh adalah pencarian dengan kata kunci "I can't smell" (saya tidak bisa mencium).

Untuk diketahui, hilangnya kemampuan untuk mencium diduga merupakan gejala dari Covid-19, dan dialami oleh 30-60 persen penderita penyakit ini.

Di Amerika Serikat, pada minggu lalu, pencarian "I can't smell" paling tinggi di New York, New Jersey, Louisiana dan Michigan. Keempatnya memang negara bagian dengan prevalensi Covid-19 tertinggi di AS.

"Faktanya, pencarian terkait hilangnya kemampuan penciuman pada periode ini hampir cocok sempurna dengan tingkat prevalensi penyakit di tiap negara bagian," tulis Stephens-Davidowitz.

Dia pun berkata bahwa dengan menggunakan tren pencarian di Google, para pakar kesehatan masyarakat mungkin bisa mendeteksi tempat-tempat yang terdapat banyak kasus positif, tetapi terlewatkan.

Baca juga: Hadapi Corona Riset Lintas Ilmu Perlu Diutamakan, Mengapa?

Selain untuk mendeteksi wabah baru, penggunaan data tren pencarian di Google juga bisa digunakan untuk memperdalam pengetahuan kita akan pola gejala Covid-19.

Masih soal hilangnya kemampuan penciuman, gejala ini baru diketahui pada 20 Maret 2020. Padahal, data pencarian sudah mulai memberikan petunjuk mengenai gejala ini sebelumnya.

Joshua Gans, seorang profesor di Rotman School of Management di Unviersity of Toronto menemukan bahwa pencarian untuk "non sento odori" yang juga berarti "Aku tidak bisa mencium" meningkat di Italia beberapa hari sebelum gejala ini dilaporkan.

Iran pun demikian, terjadi peningkatan pencarian akan hilangnya kemampuan mencium bau bahkan beberapa minggu sebelum gejala ini dilaporkan secara meluas.

Sakit Mata

Termotivasi oleh temuan-temuan rekan sejawatnya, Stephens-Davidowitz pun melakukan analisisnya sendiri. Dia mencoba menemukan gejala Covid-19 yang belum dilaporkan sebelumnya, berdasarkan data pencarian di Google.

Menggunakan data pencarian Google di tingkat negara bagian, dia menemukan bahwa tiga pencarian terbanyak adalah hilangnya kemampuan mencium, demam dan dingin menggigil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com