Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Wabah Corona di Indonesia, Ahli Peringatkan Bahaya Social Distancing Setengah Hati

Kompas.com - 27/03/2020, 07:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Mengubahnya jadi gerakan sosial

Hingga saat ini pemerintah Indonesia dan masyarakat belum konsisten dalam menjalankan social distancing. Penerapan metode ini di Jakarta dan beberapa daerah lainnya belum memberikan hasil yang maksimal. Angka kasus baru Covid-19 terus menanjak.

Pemerintah pusat dan daerah terlihat masih belum satu suara dalam kebijakan mitigasi untuk Covid-19. Selain itu, sebagian masyarakat masih belum memahami pentingnya membatasi aktivitas di luar rumah untuk memaksimalkan penerapan social distancing.

Hasilnya, kepadatan di berbagai transportasi publik masih terjadi, kemacetan jalan masih ditemui, tempat wisata tetap dikunjungi, sebagian perkantoran dan pusat perbelanjaan masih tetap beraktivitas.

Berbagai contoh di atas memperlihatkan bahwa masih terdapat miskoordinasi dan miskomunikasi, baik di tingkat pemerintah maupun masyarakat.

Sebuah studi modeling menunjukkan bahwa penerapan social distancing yang tidak optimal atau berdasarkan data yang tidak akurat akan memberikan hasil yang buruk dibandingkan tidak berbuat apa-apa.

Oleh karena itu, pemerintah harus bergegas dalam menerapkan social distancing serta berbagai langkah mitigasi lainnya secara optimal untuk menghindari situasi buruk seperti di Italia dan Iran. Di sana, jumlah penderita yang sakit dan tewas meningkat drastis hanya dalam hitungan hari karena pemerintah terlambat mengambil langkah mitigasi.

Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah harus lebih baik dalam berkoordinasi dan mensosialisasikan social distancing secara intensif kepada seluruh penduduk agar tujuan dari gerakan ini tercapai.

Pemerintah harus melibatkan setiap komponen masyarakat agar social distancing menjadi momentum gerakan sosial bersama. Pemuka agama dan tokoh masyarakat juga penting untuk dilibatkan dalam mensosialisasikan gerakan ini.

Perlindungan kepada warga kelas bawah yang memiliki penghasilan tidak tetap juga harus dipikirkan selama mereka menjalani social distancing agar gerakan ini efektif.

Kini, kita sedang berpacu dengan waktu untuk menghambat laju penyebaran virus yang begitu cepat. Pemerintah perlu menetapkan target dan waktu untuk melihat apakah social distancing efektif dalam mengurangi kasus Covid-19 baru. Jika terbukti tidak efektif, opsi lockdown dengan segala kelebihan dan kekurangannya perlu dipertimbangkan.

Fatih Anfasa

PhD Candidate, Erasmus University Medical Center

Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Penerapan social distancing setengah hati di Indonesia berpotensi gagal kurangi kasus baru COVID-19". Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com