Metode ini juga digunakan saat transmisi infeksi telah terjadi di masyarakat tapi isolasi dan karantina pasien saja tidak cukup untuk menghambat penyebaran penyakit infeksi.
Cara yang umum dilakukan adalah menutup berbagai tempat berkumpul publik seperti sekolah, tempat ibadah, tempat wisata, restoran, arena olahraga, dan gedung perkantoran.
Adapun institusi kesehatan, berbagai kantor vital seperti kepolisian, militer dan pemadam kebakaran, toko bahan makanan dan apotek umumnya tetap buka untuk memenuhi kebutuhan dasar dan melayani masyarakat.
Tidak hanya itu, anggota masyarakat juga diminta mengisolasi diri dan tinggal di rumah masing-masing, kecuali untuk keperluan penting seperti membeli bahan makanan, serta harus menjaga jarak 1-2 meter jika bertatap muka atau berada dalam satu lokasi.
Bertindak cepat dan tepat adalah langkah paling menentukan dalam menghambat laju penyebaran virus.
Contoh keberhasilan social distancing dapat dilihat dari perbedaan dua kota di Amerika Serikat saat menghadapi pandemi influenza atau dikenal sebagai flu Spanyol pada 1918.
Saat itu, pejabat tinggi Philadelphia tidak merespons dengan cepat dan tetap menyelenggarakan acara yang dihadiri oleh sekitar 200.000 orang untuk mendukung Perang Dunia I. Tidak lama berselang, semua rumah sakit penuh dengan pasien flu dan 16.000 orang tewas dalam 6 bulan di kota tersebut.
Sebaliknya, pejabat St. Louis merespons dengan cepat dan melakukan social distancing serta berbagai langkah mitigasi. Edukasi kepada masyarakat, larangan untuk berkumpul, penutupan area publik seperti sekolah dan gereja dan peran serta aparat keamanan untuk memastikan masyarakat mematuhinya dilakukan di St. Louis.
Dampaknya, transmisi infeksi melambat dan angka kematian total akibat flu di St. Louis sekitar 4.000 orang.
Langkah China pada akhir Januari hingga akhir Februari lalu merupakan contoh keberhasilan dalam menerapkan social distancing dan berbagai langkah mitigasi terbesar sepanjang sejarah manusia dalam menghadapi penyakit infeksi.
Ratusan juta orang menjalani social distancing secara bersamaan dan beberapa kota besar dengan jutaan penduduk menjalani lockdown selama 2 bulan untuk menghambat penyebaran Covid-19.
Langkah sigap China terlihat dari studi yang melaporkan penyebaran kasus infeksi di sebuah pusat perbelanjaan. Mal tersebut langsung ditutup hanya dalam waktu satu hari setelah pasien pertama yang bekerja di pusat perbelanjaan tersebut diduga menularkan Covid-19 ke rekan kerjanya.
Sebuah studi lainnya juga memperlihatkan perubahan kebijakan yang cepat berkaca dari merebaknya wabah di Provinsi Hubei dan sebagian kota lainnya.
Hasilnya, berbagai kota di China yang menghentikan layanan transportasi publik, menutup tempat hiburan, dan melarang pertemuan besar sebelum ditemukannya pasien Covid-19 pertama di berbagai kota tersebut memiliki jumlah kasus 33,3% lebih rendah pada minggu pertama wabah dibandingkan berbagai kota lain yang tidak menerapkannya.
Peneliti dari Jepang memperkirakan tanpa social distancing massal dan berbagai langkah mitigasi lainnya, maka sekitar 550-650 juta penduduk China akan menderita Covid-19. Per 21 Maret, jumlah penderita di China bertahan pada angka sekitar 81.000 kasus.