Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sel Memori Kekebalan Cenderung Lemah pada Pasien Covid-19 Parah, Studi Jelaskan

KOMPAS.com - Sebuah studi mengungkapkan bahwa sel memori kekebalan pada pasien Covid-19 yang mengalami sakit parah cenderung lemah, dibandingkan pada mereka yang hanya mengalami sakit ringan.

Hal itu diungkapkan dalam studi yang dipublikasikan para ilmuwan dari University of Texas Health Science Center di San Antonio di jurnal PLOS ONE, pekan lalu.

Studi ini menunjukkan bahwa sel B yang melawan infeksi Covid-19 pada pasien yang mengalami gejala ringan, dapat mempertahankan memori yang lebih baik saat protein spike virus corona menginfeksi inangnya.

Analisis tersebut dilakukan terhadap pasien di Rumah Sakit Universitas yang pulih dari Covid-19 ringan, dilansir dari Medical Xpress, Senin (27/12/2021).

Penulis makalah studi ini, Evelien Bunnik, Ph.D mengatakan, hasil studi itu mengisyaratkan bahwa ada perbedaan yang hampir tak tampak dalam kualitas respons imun berdasarkan tingkat keparahan Covid-19 yang dialami pasien.

Asisten profesor mikrobiologi, imunologi, dan genetika molekuler UT Health San Antonio ini juga menyebutkan bahwa studi ini berfokus pada sel B, yakni sel memori kekebalan yang bereaksi terhadap protein spike virus SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.

Para ilmuwan menganalisis sampel darah selama satu bulan setelah gejala Covid-19 awal dan lima bulan setelah gejala tersebut muncul.

Dalam pengamatan tersebut, setelah satu bulan, sebagian besar sel B memori menunjukkan protein spike spesifik aktif.

Kendati demikian, pada sampel dari delapan orang yang sembuh Covid-19 dengan sakit yang ringan atau tidak parah menunjukkan peningkatan ekspresi penanda yang terkait dengan memori sel B dan itu bertahan lama.

Dibandingkan pada pasien Covid-19 yang sembuh dari sakit parah, yang mana sel B memori cenderung lemah dalam mengingat infeksi virus Covid-19. Memori penanda dalam sel kekebalan itu, termasuk T-bet dan FcRL5.

T-bet positif, penulis mencatat, sel B protein spike-spesifik hampir menghilang dari sampel darah pasien lima bulan setelah timbulnya gejala.

Secara keseluruhan, menurut peneliti, respons sel B memori yang lebih disfungsional terlihat pada kasus penyakit parah.

Dalam studi ini, kriteria pasien Covid-19 dengan sakit tidak parah, yakni yang tidak memerlukan oksigen tambahan atau ventilasi invasif (ventilator).

Sedangkan kasus Covid-19 parah membutuhkan ventilasi mekanis invasif atau oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO).

"Definisi penyakit parah dibuat berdasarkan kebutuhan ventilasi mekanis atau ECMO, karena ini membedakan pasien yang paling kritis, yang paling mungkin mengembangkan gangguan respons kekebalan," kata penulis senior studi Thomas Patterson, MD.

Adapun kriterian peserta penelitian yakni terdaftar dalam uji klinis Adaptive COVID-19 Treatment Trial (ACTT)-1 atau ACTT-2.

Sampel darah berasal dari pasien University Health yang terdaftar bersama di UT Health San Antonio Covid-19 Repository.

Para penulis menambahkan, peningkatan persentase sel B yang terkait dengan kekebalan jangka panjang tampak pada pasien Covid-19 yang tidak sakit parah.

Bahkan, kemungkinan, pasien tersebut akan memiliki konsekuensi kekebalan jangka panjang terhadap infeksi ulang Covid-19 dari virus SARS-CoV-2, maupun tingkat keparahan penyakit yang diakibatkannya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/12/27/100200523/sel-memori-kekebalan-cenderung-lemah-pada-pasien-covid-19-parah-studi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke