Manifestasi-manifestasi dari keserakahan tersebut merugikan masyarakat. Perwujudan-perwujudan dari ketamakan itu memang dimunculkan oleh oknum perorangan, sehingga disebut sebagai kesalahan individual.
Tapi, ketika kesalahan individual merebak di masyarakat, maka kesalahan individual itu pun menjadi kesalahan sosial.
Puasa sesungguhnya dapat dikatakan seperti obat. Obat pada dasarnya berfungsi menyembuhkan penyakit. Puasa dapat kita jadikan momentum untuk membersihkan semua penyakit yang ada di dalam diri kita.
Puasa dalam tradisi Islam tidak hanya berupa tidak makan, tidak minum dan tidak bersetubuh di waktu tertentu. Lebih dari itu, puasa juga ditetapkan untuk menahan diri dari perkataan dan tindakan buruk.
Kata-kata dan perbuatan yang menyakiti orang lain dilarang kapan saja, bukan hanya di puasa saja. Adapun makan, minum dan bersetubuh (dengan pasangan yang sah) diperbolehkan di luar puasa.
Jadi, puasa merupakan sarana untuk menahan diri tidak hanya dari perkara haram, tapi juga dari perkara yang biasanya halal. Jika yang halal saya dihindari, apalagi yang haram. Oleh sebab itu, puasa merupakan rem diri dari keserakahan. Dengan puasa, kesalahan individual bisa digantikan oleh kesalehan individual.
Tapi aksentuasi puasa tidak hanya kesalehan individual, melainkan kesalehan sosial, sehingga yang diperbaiki puasa bukan sekadar kesalahan individual, melainkan kesalahan sosial. Puasa tak sebatas ketaatan diri pada perintah Tuhan, melainkan pembentuk diri yang baik secara individual dan sosial.
Di samping untuk mendekatkan diri kepada Tuhan (hablum minallâh), puasa juga untuk memperbaiki hubungan diri dengan sesama manusia (hablum minannâs). Sebab, pada puasa, terdapat pelajaran sekaligus latihan untuk berempati kepada orang lain yang kurang beruntung, seperti tak bisa makan dan minum secara leluasa.
Jika ketiadaan empati menimbulkan keserakahan, sementara keserakahan bisa merusak diri dan masyarakat, maka puasa yang menghentikan keserakahan dan mengajarkan empati merupakan sarana untuk menghilangkan kesalahan individual dan kesalahan sosial itu.
Di bulan Ramadhan, umat Islam diwajibkan berpuasa, sementara mayoritas warga Indonesia beragama Islam. Diharapkan puasa Ramadhan dapat membimbing umat Islam mengatasi kesalahan individual dan kesalahan sosial tersebut.
Apabila usai Ramadhan kesalahan individual dan kesalahan sosial tersebut masih merajalela di kalangan umat Islam, maka dapatkah mereka dikatakan sungguh-sungguh menjalankan ibadah puasa Ramadhan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.