Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. H. Abd A’la, M.Ag
Rois Syuriah PBNU, Guru Besar UIN Sunan Apel Surabaya

Prof. Dr. H. Abd A’la, M.Ag adalah Rois Syuriah PBNU masa khidmah 2022-2027, Khadim Ponpes Annuqayah Latee Sumenep, serta Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya.

Puasa: Meneguhkan Integritas, Menggapai Keberhasilan dan Kebahagiaan

Kompas.com - 06/04/2022, 04:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJATINYA puasa memiliki makna signifikan untuk meraih kebahagian dan kesuksesan bukan hanya di alam eskatologis, tapi juga dalam kehidupan nyata di dunia saat ini.

Puasa dapat mengantarkan seseorang mengalami transformasi diri yang dahsyat menuju kesempurnaan etik-moralitas yang luhur; al-akhlaq al-karimah.

Kemuliaan akhlak memang merupakan kunci keberhasilan seseorang. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, semisal James Heckman (peraih Nobel ekonomi tahun 2000 dari Universitas Chicago) dan Paul Tough (mantan editor The New York Times Magazine) menyimpulkan, kunci utama keberhasilan seseorang bukan terletak pada aspek kognitif dan kemampuan inetelektualnya.

Justru yang sangat menentukan terletak pada aspek personality traits atau moral character. Integritas dalam bentuk komitmen, kejujuran dan konsistensi, pengendalian diri, ketabahan, atau sejenisnya merupakan penentu dalam keberhasilan seseorang dalam kehidupannya.

Pengembangan kepribadian dengan dasar etik-moralitas luhur tidak cukup sekadar melalui pengajaran semata, tapi harus melalui pengalaman, praktik dan seumpamanya.

Integritas kepribadian tidak bisa berlabuh dalam kenyataan hanya melalui penguasaan pengetahuan semata, namun harus melalu pengamalan dan pembiasaan yang terus menerus.

Demikian pula sifat atau karakter yang lain. Pada sisi itu, puasa hadir seutuhnya untuk membentuk, meneguhkan dan mengembangkan keluhuran sikap dan perilaku.

Puasa identik dengan praksis untuk mengasah nurani, mengarifkan sikap dan perilaku, dan menajamkan spiritualitas yang akan melahirkan kepribadian profetik dan ketakwaan.

Realitas Keberpuasaan

Kendati puasa merupakan ibadah penuh energi positif yang dapat menjadikan umat Islam untuk hidup dalam keluhuran, tapi realitas di sekitar kita menyuguhkan hal yang lain.

Ketika Ramadhan tiba, saat umat Islam berkewajiban melaksanakan puasa, kejahatan dalam berbagai bentuknya tetap marak terjadi di berbagai tempat.

Di Indonesia, sebagian besar para pelakunya –sebagaimana dapat ditelusuri dari media massa– adalah muslim yang bukan mustahil sedang melakukan puasa. Dalam ungkapan lain, puasa tidak serta merta membuat seseorang mengalami transformasi diri.

Karena itu, kita menyaksikan tidak sedikit, bahkan banyak dari kita, umat Islam, yang berpuasa –sebagaimana disabdakan Rasulullah (SAW)– tapi tidak bersisa apapun dari puasanya selain hanya lapar dan dahaga.

Puasa tidak lebih dari rutinitas yang nyaris tidak berdampak kemaslahatan apa pun bagi yang melakukannnya, apalagi terhadap manusia yang lain.

Ada muslim yang berpuasa, sedang pikirannya sarat dengan pandangan yang kotor, pikiran yang jahat, selalu berburuk sangka terhadap orang lain atau, atau hal-hal buruk lainnya yang sebelumnya tertanam dalam dirinya.

Sebagian lainnya ada yang berpuasa, namun hatinya tetap diliputi dengan iri dan dengki. Hatinya tetap dipenuhi dengan kemauan untuk melampiaskan keinginan subyektif diri Demikian pula sikap dan perilakunya masih menyisakan persoalan terhadap orang lain, terutama orang-orag di sekitarnya.

Bahkan dari umat Islam yang melakukan puasa, terdapat orang yang rajin mengaji, tekun menjalankan solat sunnah atau ibadah lainnya, tapi ia tidak mengalami perubahan signifikan dalam karakter, sikap dan perilakunya.

Setiap tahun datang bulan Ramadlan, setiap kali itu pula ia menjalankan puasa dan melakukan ibadah-ibadah sunnah yang sangat beragam, tapi kepribadiannya dari saat ke saat tidak tampak mengarah ke perbaikan yang cukup berarti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com