Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Amin Said Husni
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, mantan Bupati Bondowoso

"Overhaul" dan Kinerja Puasa yang Berkualitas

Kompas.com - 07/04/2022, 04:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BERPUASA sebulan penuh di bulan Ramadhan merupakan kewajiban yang sangat vital di dalam ajaran agama Islam. Ia merupakan salah satu pilar dari lima pilar atau rukun Islam. Empat pilar lainnya adalah bersyahadat, melaksanakan shalat, membayar zakat, dan melaksanakan haji, bagi orang yang mampu.

Betapa vitalnya posisi berpuasa di dalam sistem ajaran Islam, dapat kita pahami dengan sangat jelas dari firman Allah berikut ini: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 183)

Setidak-tidaknya terdapat tiga poin penting yang perlu digarisbawahi di dalam ayat ini. Pertama, penegasan bahwa berpuasa merupakan kewajiban agama yang harus ditunaikan. Kedua, informasi bahwa ibadah puasa bukanlah ajaran yang sama sekali baru, melainkan juga merupakan ajaran agama-agama terdahulu. Ketiga, Allah menyatakan bahwa tujuan berpuasa itu adalah untuk meningkatkan kualitas ketakwaan.

Sebagai ritual wajib yang merupakan kelanjutan dari ajaran agama-agama terdahulu, kedudukan ibadah puasa di dalam keseluruhan sistem ajaran Islam sangatlah strategis. Apa yang ingin dicapai dari kewajiban berpuasa itu adalah kualitas ketakwaan. Dengan kata lain, puasa Ramadhan adalah suatu proses pembentukan kepribadian, atau pembangunan karakter.

Dus dengan demikian, boleh dibilang, tujuan berpuasa adalah tujuan beragama (Islam) itu sendiri, sebagaimana dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW bahwa tujuan dari misi kenabiannya adalah untuk membentuk karakter yang mulia. “Sesungguhnya aku diutus (sebagai nabi) adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Agar tujuan ibadah puasa itu bisa tercapai, tentu saja berpuasa harus dilaksanakan dengan benar, sungguh-sungguh, dan secara intensif. Sebagaimana dimaklumi, ibadah puasa dilakukan dengan menahan diri (imsak) dari makan, minum dan melakukan hubungan suami istri, seharian penuh, sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Selain itu, juga harus diniatkan untuk berpuasa dengan sebenar-benarnya berpuasa.

Diniatkan, maksudnya bukan sekedar membaca nawaytu shawma ghadin. Diniatkan, artinya, berpuasa harus dilakukan dengan penuh kesadaran, dengan mempersiapkan jiwa dan raga untuk berpuasa, sebagai wujud keimanan dan ketaatan kepada perintah Allah SWT, dan juga sebagai upaya untuk meningkatkan kulitas ketakwaan.

Dan puasanya pun, bukan sekedar tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hubungan suami istri saja, tapi lebih dari itu harus berusaha untuk menahan diri dari segala macam perilaku yang tercela (al-akhlaq al-madzmumah), seperti berlaku curang, tidak adil, berkata bohong, suka marah-marah, suka gosip, suka menyebarkan hoaks, dan sebagainya.

Harapannya, dengan kinerja puasa yang berkualitas seperti itu akan terbuka peluang mendapatkan ampunan Allah, dan juga terhapusnya kerak-kerak dosa di masa lalu dan sekaligus memperkecil terulangnya dosa-dosa lainnya di masa yang akan datang.

Nabi bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan kewajiban berpuasa di bulan Ramadan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu.”

Memang, dari kacamata formalisme fikih, berpuasa ‘ala kadarnya’ juga sah dan sudah dianggap memenuhi kewajiban, asalkan syarat-syarat keabsahannya sudah tercukupi. Yang saya maksud dengan ‘puasa ala kadarnya’ adalah berpuasa yang dilaksanakan sekedar untuk memenuhi ketentuan minimal, yakni tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hubungan seksual.

Berpuasa, tapi tetap berbuat dosa. Berpuasa, tapi tetap melakukan hal-hal yang tercela. Puasanya sah, tapi kualitasnya pas-pasan. Barangkali dalam konteks inilah Nabi bersabda, “Banyak sekali orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan (hasil) apa-apa dari puasanya itu selain lapar dan dahaga.”

Overhaul

Puasa Ramadan adalah semacam overhaul —meminjam istilah dalam dunia otomotif, overhaul adalah servis berat yang dilakukan pada mesin mobil apabila mengalami kerusakan karena dipakai dalam jangka waktu cukup lama.

Berpuasa selama sebulan penuh pada bulan Ramadhan, selain merupakan ibadah yang bersifat ritual (ta’abbudi), juga harus kita persepsikan sebagai mekanisme tahunan untuk overhaul, servis besar, memperbaiki berbagai macam kerusakan di dalam hati, membersihkan kerak-kerak batin yang menumpuk akibat dosa-dosa yang kita perbuat selama ini.

Sehingga diperlukan tekad dan kesiapan mental untuk membelenggu setan-setan dan mengendalikan hawa nafsu selama menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Dengan begitu, puasa kita bisa menjadi kunci untuk membuka lebar-lebar pintu surga, dan menutup rapat-rapat pintu neraka.

Bukankah ada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, “Ketika masuk bulan Ramadhan maka setan-setan terbelenggu, pintu-pintu surga terbuka, dan pintu-pintu neraka tertutup.”

Demikianlah kita memaknai bulan suci Ramadan. Substansi dari ajaran berpuasa adalah pengendalian nafsu dan sekaligus memperkokoh iman, serta memperkuat komitmen keberislaman.

Berpuasa yang sukses, adalah manakala pada penghujung bulan Ramadan kita bisa mencapai suatu kondisi di mana jiwa kita telah tercerahkan, dan dosa-dosa kita telah terampunkan, batin menjadi bersih, hati pun kembali putih, seputih fitrahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com