BULAN puasa adalah bulan penuh kemuliaan dan ampunan bagi orang beriman. Hadirnya merupakan kewajiban bagi semua insan sebagai bentuk pernyataan iman sekaligus juga menjadi momentum dalam mengejar derajat takwa.
Hal ini selaras dengan firman Allah yang termaktub dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 183. Puasa merupakan ibadah yang sangat personal yang hanya individu yang melaksanakan dan Allah saja yang tahu.
Di mata manusia, kita akan tetap dianggap puasa meski kita berbuka secara rahasia, namun tidak dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu pentingnya peran iman dalam membimbing segala tindak laku manusia agar seiring dengan spirit puasa.
Puasa menjadi tantangan sekaligus juga menjadi baterai atas keimanan kita. Bagi seseorang yang tidak tahan terhadap godaan dan larangan dalam puasa, tentu saja hal ini akan melemahkan spirit iman dan menurunkan kualitas individu dalam berbakti kepada sang khalik.
Namun sebaliknya, puasa jika dihayati secara mendalam dapat memupuk sekaligus meningkatkan keimanan seseorang dan akan menuntun seseorang dalam merengkuh ketakwaan sebagaimana Allah janjikan.
Takwa yang tidak hanya dimaknai sebagai bentuk ketakutan oleh seorang hamba kepada sang khalik, melainkan lebih dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab individu dalam setiap lakunya dan juga sebagai bentuk kesempurnaan psikologis seseorang.
Pengertian takwa bila merujuk pada pengertian yang dikemukanan olah imam Al Ghazali dalam Minhajul Abidin mengandung tiga dimensi makna.
Pertama, takwa dimaknai sebagai perilaku takut atau tunduk. Makna tersebut tercermin dalam Al Quran surat Al-Baqarah (281).
Kedua taqwa dimaknai sebagai taat dan beribadah (Ali ‘Imran:102). Dan ketiga, takwa dimaknai sebagai ketaatan dan beribadah.
Selain itu, Abu Hurairah mengilustrasikan takwa ketika ditanya oleh seseorang mengenai apa itu taqwa.
"Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk melewatinya? Orang itu menjawab, ''Apabila aku melihat duri, maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur," Abu Hurairah cepat berkata, Itulah dia takwa!''
Uraian makna takwa di atas menyiratkan suatu kondisi mental seseorang dalam menjalankan kehidupannya. Maqam takwa diraih tidak dengan cara-cara yang instan, melainkan memerlukan proses dan riyadah yang konsisten untuk dapat merengkuhnya.