Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahmat Hidayat Pulungan
Wakil Sekjen PBNU

Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama

Puasa, Kesalahan Individual dan Kesalahan Sosial

Kompas.com - 09/04/2022, 04:10 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MAYORITAS bangsa kita adalah muslim, kita menyaksikan banyak ironi yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Agama hanya dijadikan status dan identitas saja, Internalisasi nilai-nilai agama dalam praksisnya dapat dikatakan minim.

Betapa banyak penyimpangan dan pelanggaran yang kita lihat setiap harinya, baik itu kesalahan individual maupun kesalahan sosial dan kita hanya dapat pasrah dan berdiam diri melihat itu semua.

Kesalahan sosial adalah penyimpangan yang terjadi pada masyarakat. Sejauh masyarakat merupakan akumulasi dari individu-individu, maka kesalahan sosial bermula dari kesalahan individual.

Namun individu kerap melakukan kesalahan karena berkiblat pada masyarakat yang ‘mengajarkan’ suatu kesalahan. Oleh sebab itu, kesalahan individual terkadang dipengaruhi oleh kesalahan sosial, atau sebaliknya kesalahan sosial diakibatkan oleh kesalahan individual.

Kesalahan sosial pada dasarnya kesalahan yang dilakukan secara sadar dan koletif oleh sekelompok masyarakat. Sikap menoleransi setiap kesalahan sosial ini pada akhirnya dianggap kebiasaan dan kebenaran sepihak oleh para pelaku dan komunitas.

Sebagai contoh, mem-bully dan menyebarkan hoaks sudah menjadi kesalahan sosial yang akhirnya menjadi kebiasaan dan mendapatkan tempat dalam keseharian kehidupan masyarakat. Betapa banyak kesalahan sosial yang terjadi dalam kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara.

Mengingat masyarakat lebih besar daripada individu, kesalahan individual pada dasarnya berefek lebih kecil daripada kesalahan sosial. Kesalahan individual berimbas besar bila pelaku kesalahan itu adalah individu yang berpengaruh besar di masyarakat. Kesalahan individual yang dilakukan tokoh berpengaruh punya potensi menjadi kerusakan sosial.

Serakah

Salah satu kesalahan individual yang akhirnya menjadi kesalahan sosial dan memiliki kerusakan sosial yang tinggi dan menjangkiti masyarakat kita adalah sikap serakah. Dasar dari keserakahan adalah keinginan untuk memiliki sesuatu lebih banyak.

Sejatinya, orang sah-sah saja mendambakan pertambahan sesuatu yang dimilikinya. Hasrat itu bermasalah ketika pendorongnya semata-mata ego yang mengabaikan pihak lain. Ambisi mempunyai sesuatu lebih banyak dari sebelumnya tanpa mempedulikan pihak lain itulah yang disebut sikap serakah.

Anak kecil biasanya punya kecenderungan serakah. Yang dipikirkan hanya kepentingan pribadi. Yang diinginkan adalah mempunyai sesuatu yang disukai sebanyak mungkin. Baginya, keinginan itu harus dipenuhi, tanpa peduli dengan kondisi orang lain.

Anak kecil bisa terbebas dari keserakahan bila diberi pelajaran oleh orang-orang di sekitarnya. Keserakahannya bisa direm jika rasa syukurnya ditimbulkan. Keserakahannya juga bisa menipis bahkan menghilang jika kepedulian sosialnya ditumbuhkan.

Tapi tak semua orang mengalami proses pembebasan dari keserakahan. Tak jarang ditemukan orang yang sudah tidak kecil lagi umurnya namun masih memendam keserakahan di kepribadiannya. Sikap egois tetap dipelihara. Pretensi untuk menambah hak milik tanpa menghiraukan orang lain dibiarkan merajalela.

Akibat yang ditimbulkan keserakahan antara lain adalah kolusi, korupsi dan penimbunan barang kebutuhan publik. Orang menerima suap dari orang lain karena orang itu berhasrat para surplus penghasilan meskipun dari jalur yang tidak benar.

Orang yang menyelewengkan harta negara atau perusahaan untuk kepentingan pribadi atau kelompok sendiri kerap kali bukan orang miskin, melainkan orang yang sudah kaya, tapi ingin lebih kaya dengan cara terlarang.

Orang menimbun barang kebutuhan publik sering kali bukan karena ingin memenuhi kebutuhan pribadi, melainkan demi menunggu harga barang itu menjadi lebih mahal dan meraih untung besar dari penjualannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
icon-calculator

Kalkulator Zakat

Rp.
Rp.
Rp.
Minimal Rp6.644.868 per bulan
ornament calculator
Komentar
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com