Sedangkan masyarakat Indonesia dilarang saling bersengketa dalam membangun negara. Ikhlas, sabar dan kompak saling tolong menolong mewujudkan cita-cita kedaulatan negara.
Persyarikatan Muhammadiyah misalnya, bergerak tak pernah lelah dan terus maju untuk berpihak kepada kaum mikin, terlantar, tertindas, terpinggirkan, termasuk anak yatim, yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.
Sederhananya, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam selaras dengan nilai, norma dan kewajiban yang diembankan kepada seluruh warga bangsa.
Anak bangsa tersebut adalah masyarakat dengan berbagai kelompok sosialnya, dan pemerintah dengan berbagai struktur dan fungsinya.
Ibadah puasa yang dijalani selama 30 hari ini, harus dapat menjadi proses spiritual. Menjemput takwa dengan cara saling bergandengan tangan keluar dari pandemi corona yang mematikan ini.
Agar dicintai oleh Allah SWT, mari kita bersikap disiplin menjalankan segala ajaran Islam dan menerapkan nilai konstitusi dalam kehidupan sehari-hari.
Jika doktrin tauhid yang berdimensi sosial ini diamalkan dengan istiqomah, maka bukan tidak mungkin akan lahir negarawan-negarawan baru sebagai pembebas dari keadaan masyarakat yang sarat dengan ketimpangan, kemiskinan, perilaku koruptif dan masalah-masalah lainnya.
Akan lahir negarawan yang senantiasa konsisten, jujur dan amanah dalam menjalankan praktik bernegaranya.
Dari wabah Covid-19 akan lahir para pemimpin bangsa di berbagai sektor yang berkomitmen total menjalankan mandat rakyat. Gigih melepaskan diri dan rakyatnya dari wabah mematikan.
Negarawan yang mencintai rakyat dan negaranya dengan mengabdi secara sungguh-sungguh. Tidak ada lagi saling sikut dan perilaku saling bantah antar pejabat.
Masyarakat pun kemudian memfungsikan diri sebagai rakyat terbaik dengan cara saling bersatu padu melawan wabah ini. Dalam menghadapi problematika kebangsaan, masyarakat menjadi kekuatan sipil yang berkomitmen mewujudkan cita-cita besar negara ini.
Negarawan bergerak mengantarkan rakyat pada gerbang kemerdekaan sejati, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Membentuk negara yang berkemajuan, serta menyejahterakan warganya. Menjadi negarawan adalah fitrah sebagai khalifah di muka bumi. Teruslah bergerak, mengabdi dengan tulus untuk ibu pertiwi. (Sunanto, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.