Oleh Ngasiman Djoyonegoro*
PELAKSANAAN ibadah bulan ramadan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi virus corona telah mengubah segalanya.
Aktivitas ibadah lebih banyak dianjurkan di rumah sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona. Hal ini sebagai upaya untuk meminimalisasi dan memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Meskipun ada sebagian kalangan yang masih melanggar, pada dasarnya anjuran ini sejalan dengan kaidah fikih bahwa “mencegah terjadinya kerusakan lebih didahulukan daripada melakukan kebaikan (dar’ul mafâsid muqoddam ‘alâ jalbil masholih)”.
Dengan kata lain, meskipun rangkaian ibadah bulan puasa hanya dilaksanakan di rumah, nilai pahalanya tidak akan berkurang.
Di tengah pandemi penyakit Covid-19 yang belum jelas ujungnya ini, tanpa terasa bulan puasa akan segera berlalu. Momen Idul Fitri pun tinggal esok hari.
Pertanyaannya kemudian, pelajaran apa yang perlu dipetik dari bulan Ramadan untuk menghadapi virus corona yang masih menghantui bangsa ini?
Tentu ada banyak jawaban atas pertanyaan tersebut, namun setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni menguatkan solidaritas sosial dan menyediakan perlindungan sosial.
Dua hal ini penting mendapatkan perhatian untuk memastikan bahwa warga dan kelompok masyarakat rentan yang terdampak Covid-19 dapat terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya.
Menguatkan solidaritas sosial
Jika direnungkan baik-baik, ibadah puasa sesungguhnya mengajarkan kita tentang pentingnya solidaritas sosial dan empati terhadap penderitaan orang lain.
Dengan menahan lapar dan dahaga, seseorang dapat merasakan bagaimana derita orang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasarnya, khususnya kebutuhan ekonomi.
Dengan adanya empati tersebut, seseorang semestinya menjadi tidak egois dan tergerak untuk berbagi kebahagiaan pada sesama.
Kedermawanan dan berbagi merupakan salah satu topik penting dalam doktrin keislaman. Berbagi adalah cara terbaik untuk mendistribusikan kesejahteraan.
Di tengah pandemi semacam ini, tentu banyak saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi.